Raminten, Hardiyanti (2020) Perjuangan Frans Kaisiepo Dalam Pembebasan Irian Barat 1949-1969. S1 thesis, Universitas Jambi.
Text
Cover skripsi.pdf Download (119kB) |
|
Text
Halaman pengesahan .pdf Download (216kB) |
|
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (157kB) |
|
Text
BAB 1.pdf Download (208kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (86kB) |
Abstract
Raminten, Hardiyanti. 2020. Perjuangan Frans Kaisiepo Dalam Pembebasan Irian Barat 1949-1969: Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing (1) Drs. Budi Purnomo, M.Hum., M.Pd (2) Nelly Indrayani, S.Hum, M.Hum Kata Kunci : Perjuangan, Frans Kaisiepo, Irian Barat. Pasca penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Pemerintah Belanda yang tertuang dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar, bahwa Pemerintah Belanda sepenuhnya mengakui kedaulatan Indonesia, dalam perjanjian tersebut di jelaskan bahwa permasalahan Irian Barat akan dibicarakan setelah satu tahun penyerahan kedaulatan. Namun pada kenyataannya Belanda justru mengingkari perjanjian itu. Permasalahan ini akhirnya memaksa rakyat untuk berjuang sehingga muncullah tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam upaya integrasi tersebut salah satunya adalah Frans Kaisiepo. Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sengketa Irian Barat antara Indonesia dan Belanda, untuk mengetahui perjuangan Frans Kaisiepo dan dampaknya dalam upaya pembebasan Irian Barat. Metode dalam penelitian ini adalah metode historis, terdiri dari Heuristik, Kritik Sumber, Interprestasi dan Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjuangan Frans Kaisiepo dalam upaya pembebasan Irian Barat berdampak pada perjalanan sejarah Irian Barat untuk masuk ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan awal Frans Kaisiepo terlihat saat menyambut kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera merah putih serta mengumandangkan lagu Indonesia Raya di tanah Irian Barat dengan pemuda-pemudi militan lainnya. Selanjutnya Frans mengganti papan nama sekolah dari Papua Bestuur School menjadi Irian Bestuur School. Selain itu Frans juga menolak menjadi delegasi Konferensi Meja Bundar karena tidak mau di dikte Belanda untuk berbicara sesuai keinginannya guna merebut Irian Barat, serta ia juga membantu rakyat Irian Barat memenangkan penentuan pendapat rakyat agar tetap jadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Subjects: | L Education > LA History of education |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | HARDIYANTI RAMINTEN |
Date Deposited: | 27 Aug 2020 02:26 |
Last Modified: | 27 Aug 2020 02:26 |
URI: | https://repository.unja.ac.id/id/eprint/13404 |
Actions (login required)
View Item |