Fathia, Nyimas Myrna Elsa and Zulkarnain, Zulkarnain (2007) Respon in vitro antera kedelai terhadap zat pengatur tumbuh. Jurnal Agronomi, 11 (2). pp. 59-67. ISSN 1410-1939
![]() |
Text
Respon in vitro antera kedelai terhadap zat pengatur tumbuh.pdf Download (483kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembangan antera dua kultivar kedelai, Merubetiri dan Wilis, pada kultur in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Antera yang dari dua kultivar kedelai yang diuji dikulturkan pada medium MS padat yang dilengkapi dengan IAA, 2,4-D atau NAA sebagai sumber auksin yang dikombinasikan dengan BAP atau kinetin sebagai sumber sitokinin. Masing-masing zat pengatur tumbuh diberikan pada konsentrasi 0, 5, 10, 15 and 20 µM. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 8 – 10 antera yang berasal dari kuncup bunga yang sama. Kultur dipelihara di dalam ruangan dengan intensitas cahaya lebih-kurang 50 µmol m-2 s-1 dan fotoperiodesitas 16 jam per hari pada suhu 25 ± 1 oC. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons yang diperlihatkan oleh antera yang dikulturkan pada medium yang dilengkapi dengan 2,4-D+BAP, IAA+BAP dan NAA+BAP adalah berupa proliferasi kalus, yang berlangsung dalam waktu 4 – 16 minggu setelah inisiasi kultur. Pembentukan kalus didahului oleh timbulnya pembengkakan pada permukaan antera, diikuti oleh perubahan warna dari hijau muda menjadi kecoklatan. Selanjutnya, dinding antera berubah bentuk menjadi tidak beraturan, sebelum akhirnya diselimuti oleh massa kalus berwarna putih, krem atau hijau muda. Pada awal perkembangannya, kalus memperlihatkan struktur yang remah dan sebagian kompak, namun setelah dua minggu berproliferasi seluruh kalus memperlihatkan struktur yang kompak. Di antara zat pengatur tumbuh yang diuji, kombinasi yang melibatkan 2,4-D menghasilkan kalus yang lebih banyak dibandingkan kombinasi yang lain. Di samping itu, dari dua kultivar yang diuji, Merubetiri memperlihatkan respons yang lebih baik dibandingkan Wilis.
Type: | Article |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) S Agriculture > SB Plant culture |
Depositing User: | Zulkarnain |
Date Deposited: | 26 Feb 2018 01:24 |
Last Modified: | 26 Feb 2018 01:24 |
URI: | https://repository.unja.ac.id/id/eprint/3409 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |