Rahmawati, Fajri Nuri and Hamidah, Afreni and Natalia, Desfaur (2022) KEANEKARAGAMAN KEPITING UCA SPP. (FAMILI : OCYPODIDAE) DI KAWASAN MANGROVE DESA MUARA SEBERANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN. S1 thesis, Universitas Jambi.
![]() |
Text
ABSTRAK.pdf Download (287kB) |
![]() |
Text
BAB I.pdf Download (300kB) |
![]() |
Text
BAB V.pdf Download (185kB) |
![]() |
Text
COVER.pdf Download (203kB) |
![]() |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (313kB) |
![]() |
Text
SKRIPSI_Fajri Nuri Rahmawati_A1C418028.pdf Download (3MB) |
![]() |
Text
HALAMAN PENGESAHAN.pdf Download (224kB) |
Abstract
KEANEKARAGAMAN KEPITING UCA SPP. (FAMILI : OCYPODIDAE) DI KAWASAN MANGROVE DESA MUARA SEBERANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN SKRIPSI FAJRI NURI RAHMAWATI A1C418028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI SEPTEMBER 2022 KEANEKARAGAMAN KEPITING UCA SPP. (FAMILI : OCYPODIDAE) DI KAWASAN MANGROVE DESA MUARA SEBERANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Jambi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi FAJRI NURI RAHMAWATI A1C418028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI SEPTEMBER 2022 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Taksonomi Hewan”. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, yang disusun oleh Fajri Nuri Rahmawati, Nomor Induk Mahasiswa A1C418028 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada 2022. Jambi, 15 September 2022 Pembimbing I Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si. NIP. 197304211999032001 Jambi, 20 September 2022 Pembimbing II Desfaur Natalia, S.Pd., M.Pd. C.EIA NIDK. 201501052004 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi berjudul Keanekaragaman Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Taksonomi Hewan yang disusun oleh Fajri Nuri Rahmawati A1C418028 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 29 September 2022 Tim Penguji Ketua : Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si Sekretaris : Desfaur Natalia, S.Pd., M.Pd. C.EIA Anggota : 1. Dr. Agus Subagyo, S.Si., M.Si 2. Winda Dwi Kartika, S.Si., M.Si 3. Retni Sulistiyoning Budiarti, S.Pd., M.Si Ketua Tim Penguji Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si NIP. 197304211999032001 Sekretaris Tim Penguji Desfaur Natalia, S.Pd., M.Pd. C.EIA NIDK. 201501052004 Koordinator Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Jambi Winda Dwi Kartika, S.Si., M.Si NIP. 197909152005012002 MOTTO “Barangsiapa bertawakal kepada Allah maka diberikan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya,dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Talaq 2-3). Hidup ini bagai skripsi, telah banyak bab dan revisi yang telah kita lewati. Itu semua akan berakhir indah, bagi kita yang tidak kenal kata menyerah. Kupersembahkan skripsi ini untuk ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan kasih sayang, mendoakan dalam setiap sholat dan ibadah serta perjuangan kerasnya telah mengantarkan aku untuk meraih ilmu. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk dapat membahagiakan dan mampu menjadi anak yang berguna, berbakti kepada kedua orang tuaku. ABSTRAK Rahmawati, Fajri Nuri. 2022. Keanekaragaman Kepiting Uca spp. (Famili: Ocypodidae) Di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Taksonomi Hewan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si, (II) Desfaur Natalia, S.Pd., M.Pd. C.EIA Kata kunci : Desa Muara Seberang, Keanekaragaman, Kepiting Uca spp., dan Mangrove Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kondisi habitat kepiting Uca spp. yang ditemukan di kawasan mangrove Desa Muara Seberang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2022. Jenis penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi pengamatan ini juga ditentukan dengan purposive sampling dan pengambilan sampel kepiting dilakukan pada 3 stasiun dengan 10 plot di setiap stasiun. Data dianalisis dengan menggunakan rumus keanekaragaman indeks Shannon-Weiner dan dominansi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan dua cara yaitu, hand collecting dan penggalian liang kepiting Uca spp.. Parameter yang diamati mencakup keanekaragaman dan dominansi, selain itu dilakukan pengukuran faktor lingkungan yang terdiri dari suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut dan jenis substrat. Hasil penelitian menunjukkan ditemukan sebanyak 4 spesies kepiting Uca yaitu Uca coarctata, Uca rosea, Uca dussumieri, Uca forcipata, dengan jumlah spesies paling banyak yaitu Uca dussumieri dengan jumlah 116 individu dan jumlah yang paling sedikit ialah Uca rosea dengan jumlah 22 individu. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) termasuk kriteria keanekaragaman rendah hingga sedang, dengan nilai indeks keanekaragaman jenis kisaran 0,898-1,220. Nilai indeks dominansi (D) termasuk kriteria dominansi rendah, tetapi pada stasiun 1 terdapat spesies yang mendominasi, yaitu Uca dussumieri dengan jumlah 68 individu dari 101 individu. Nilai indeks dominansi kisaran 0,329- 0,494. Hal ini mulai terdapat spesies yang mendominasi di kawasan mangrove Desa Muara Seberang yang dikhawatirkan dapat berdampak pada ketidakseimbangan dan keberlangsungan hidup kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae). HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Fajri Nuri Rahmawati NIM : A1C418028 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian pihak lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Jambi, 29 September 2022 Yang membuat pernyataan Fajri Nuri Rahmawati NIM. A1C418028 KATA PENGANTAR Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petujuk Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Keanekaragaman Kepiting Uca Spp. (Famili: Ocypodidae) Di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Taksonomi Hewan”. Sholawat serta salam semoga Allah selalu memberikan Rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikut beliau yang setia. Penulis menyusun skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan pada Program Strata Satu (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Penulisan banyak mendapat bimbingan, arahan, motivasi, saran dan ilmu yang bermanfaat dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M,Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Desfaur Natalia, S.Pd., M.Pd. C.EIA selaku dosen pembimbing II, yang telah sabar memberikan ilmu, arahan, bimbingan, saran, motivasi, dan masukan serta perhatian dengan penuh keikhlasan. Melalui skripsi ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. 2. Dr. Agus Subagyo, S.Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sekaligus Pembimbing Akademik dan Penguji Skripsi I, atas bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 3. Winda Dwi Kartika, S.Si., M.Si. Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jambi sekaligus Penguji Skripsi II, yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran yang sangat membangun dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. dan ibu Retni Sulistiyoning Budiarti, S.Pd., M.Si. selaku Penguji Skripsi III yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran yang sangat membangun dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen-dosen pengajar di lingkungan Program Studi Pendidikan Biologi yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh perkuliahan sampai selesai. 6. Kepala Desa dan Perangkat Desa Muara Seberang Kecamatan Seberang Kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang telah memberikan Izin penelitian dan informasi yang mendukung penelitian ini. 7. Secara khusus untuk keluargaku, Kedua orang tua yang saya cintai yang selama ini selalu mendukung, memberikan seluruh do’a, cinta, dan kasihnya. Adik adikku Firli Anistia Sari, Alam Satria Wiguna Al-Ghifari, dan Rido’ Li Ulil Amri yang memberikan dukungan untuk semangat selalu dalam menyelesaikan skripsi. 8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2018, khususnya kelas Reguler A, disinilah tempat penulis menemukan teman seperjuangan yang luar biasa yang telah saling menyemangati selama perjalanan penulis menjadi mahasiswa Universitas Jambi. 9. Sahabat-sahabatku tercinta Kiola Refa Septi, Harnelisa, Kamelia, Maya Sari, Sherly Rizky, Putri Arum Lestari, Desi Asmiarni, Perni Juliansih, Cici Rahmadani, dan yang tak bisa disebutkan satu-persatu yang selama ini selalu membantu, menjadi teman mengejar impian dan mengukir sejarah dalam hidupku, serta menjadi keluarga terbaik selama perkuliahan. 10.Bapak Sahwani, bang Anto dan masyarakat Desa Muara Seberang yang telah banyak membantu dalam penelitian. 11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua bantuan, bimbingan, dan kontribusi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dari Allah SWT, Aamiin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Jambi, September 2022 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ii HALAMAN PENGESAHAN iii MOTTO iv ABSTRAK v HALAMAN PERNYATAAN vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah 3 1.3 Batasan Masalah 3 1.4 Rumusan Masalah 4 1.5 Tujuan Penelitian 4 1.6 Manfaat Penelitian 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian Relevan 6 2.1.1 Ekosistem Mangrove 6 2.1.2 Manfaat Ekosistem Mangrove 7 2.1.3 Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) 7 2.2 Faktor Lingkungan pada Habitat Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae). 13 2.2.1 Salinitas 13 2.2.2 Suhu 14 2.2.3 Oksigen Terlarut 14 2.2.4 Derajat keasaman 15 2.2.5 Jenis substrat 15 2.3 Penelitian yang Relevan 15 2.4 Taksonomi Hewan 16 2.5 Bahan Pengayaan Praktikum 13 2.6 Kerangka Berpikir 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 23 3.2 Desain Penelitian 23 3.3 Populasi dan Sampel 25 3.4 Teknik Pengumpulan Data 25 3.5 Teknik Analisa Data 25 3.5.1 Indeks Keanekaragaman Jenis 26 3.5.2 Indeks Dominansi Jenis 26 3.6 Prosedur Penelitian 27 3.6.1 Persiapan 27 3.6.2 Alat dan Bahan 27 3.6.3 Pengambilan Sampel 27 3.7.3 Tahap Penanganan Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31 4.1 Hasil Penelitian 31 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian 31 4.1.2 Keanekaragaman Kepiting Uca spp. 33 4.1.3 Nilai Indeks Keanekaragaman Spesies dan Indeks Dominansi 35 4.1.4 Faktor Lingkungan 36 4.2 Pembahasan 37 4.2.1. Kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang 37 4.2.2. Analisis Indeks Keanekaragaman Kepiting Uca spp. 39 4.2.3 Indeks Dominansi Kepiting Uca spp. 42 4.2.4 Analisis Data Lingkungan 44 4.2.5 Potensi Kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang 47 4.3 Bahan Pengayaan Praktikum Taksonomi Hewan 48 BAB V PENUTUP 53 5.1 Kesimpulan 53 5.2 Saran 53 DAFTAR PUSTAKA 55 DAFTAR LAMPIRAN 60 RIWAYAT HIDUP 77 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3. 1 Karakteristik dan titik koordinat stasiun penelitian 24 4. 1 Jumlah dan jenis kepiting Uca spp. yang ditemukan 33 4. 2 Deskripsi spesies kepiting Uca spp. yang ditemukan 34 4. 3 Nilai Indeks Keanekaragaman Spesies (H’) dan Indeks Dominansi (D) 35 4. 4 Faktor lingkungan di masing-masing stasiun penelitian 36 4. 5 Perbandingan Beberapa penelitian Kepiting Uca sp. di kawasan Mangrove Provinsi Jambi 39 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2. 1 Morfologi kepiting Uca spp. Jantan 9 2. 2 Morfologi kepiting Uca spp. A.Kepiting jantan dan B. Kepiting betina 11 2. 3 Habitat kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) 13 2. 4 Bagan alur kerangka berpikir 21 3. 1 Skema transek penelitian 24 3. 2 Segitiga Miller 30 4. 1 Dekat permukiman rumah warga 31 4. 2 Tepian hutan mangrove 32 4. 3 Hutan mangrove 33 4. 4 Grafik Nilai Indeks Keanekaragaman Kepiting Uca spp di masing-masing stasiun 40 4. 5 Grafik Nilai Indeks dominansi Kepiting Uca spp. di masing-masing stasiun 43 4. 6 Pendahuluan dalam Bahan Pengayaan Praktikum 50 4. 7 Isi dalam Bahan Pengayaan Praktikum 51 4. 8 Penutup dalam Bahan Pengayaan Praktikum 52 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian 60 2. Rencana Pembelajaran Semester Mata Kuliah Taksonomi Hewan 61 3. Perhitungan Indeks Keanekaragaman Jenis 66 4. Perhitungan Indeks Dominansi 68 5. Hasil Analisis Substrat 69 6. Pemetaan Hasil Analisis Substrat 70 7. Surat Izin Penelitian 72 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 73 9. Bahan Pengayaan Praktikum Taksonomi Hewan 74 10. Dokumentasi Penelitian 75 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mangrove merupakan jenis tumbuhan dikotil yang banyak terdapat pada daerah tropis, membentuk hutan lebat yang mendominasi pantai berlumpur di zona pasang surut, memiliki manfaat untuk menstabilkan tanah dan menciptakan habitat yang dimanfaatkan oleh sejumlah organisme lain, selain itu sebagai produsen primer fotosintesis. Mangrove dapat beradaptasi dengan habitat yang berada dalam kondisi ekstrim, mengatasi perendaman dan paparan berkala oleh air pasang, salinitas yang berfluktuasi, konsentrasi oksigen yang rendah di dalam air, dan bersifat tropis. (Hogarts, 2015: 1). Ekosistem mangrove Provinsi Jambi terdiri dari dua kawasan yang terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Secara geografis, perairan Tanjung Jabung Barat merupakan bagian dari pantai timur Provinsi Jambi. Salah satunya ekosistem kawasan mangrove Muara Seberang. Ekosistem mangrove Muara Seberang dapat dilihat sebagai vegetasi mangrove dan habitat hewan di dalamnya, salah satu hewan yang dapat dijumpai dan memiliki keunikan adalah kepiting Uca spp. (famili : Ocypodidae). Kepiting Uca atau biasa disebut dengan kepiting biola karena gerakan capit yang berulang dari substrat ke mulut dan kembali ke substrat, serupa dengannaksi pemain biola saat memindahkan busur ke biola (Rosenberg, 2000). Kepiting Uca spp. termasuk dalam famili Ocypodidae dan merupakan kepiting kecil semi-teresterial. Kepiting Uca spp. berperan penting dalam ekosistem mangrove, yakni sebagai detritivor (organisme yang memakan partikel-partikel organik), keystone species (memainkan peran penting dalam sebuah proses ekologi) dan sebagai bioindikator tingkat kesuburan sedimen. (Hasan et al, 2015: 676). Berdasarkan hasil pengamatan, mangrove Desa Muara Seberang masih terjaga dengan baik. Kawasan mangrove di Desa ini merupakan habitat kepiting Uca spp, kepiting bakau dan cincinut. Kepiting Uca belum dimanfaatkan masyarakat desa, sedangkan cincinut dan kepiting bakau dimanfaatkan untuk di konsumsi. Meskipun saat ini masih banyak kepiting Uca spp., namun dengan meningkatnya aktivitas manusia di kawasan mangrove Desa Muara Seberang akan berdampak langsung pada keanekaragaman jenis kepiting Uca spp. Beberapa penelitian mengenai kepiting di ekosistem mangrove telah dilakukan oleh Suprayogi (2014) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat menemukan 3 spesies kepiting Uca spp. yaitu Uca forcipata, Uca rosea, dan Uca dussumieri, Ardiyanti (2018) di Desa Lambur yang terletak di Pantai Timur Provinsi Jambi di Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur menemukan 3 jenis kepiting Uca spp. di yaitu Uca dussumieri, Uca annulipes, dan Uca forcipata. Sampai saat ini belum terdapat penelitian terkait keanekaragaman kepiting Uca spp. di Desa Muara Seberang. Keanekaragaman kepiting Uca spp. mempunyai hubungan yang dekat dengan kandungan bahan organik pada suatu substrat, semakin tinggi nilai kandungan bahan organik maka semakin tinggi pula keanekaragaman kepiting pada wilayah tersebut (Krisnawati et al., 2018:241). Menurut Nur (2020:17) keanekaragaman spesies dan keanekaragaman kepiting Uca spp. bisa ditentukan oleh kerapatan tanaman mangrove yang masih terjaga dan asri. Hasil penelitian ini diintegrasikan dalam pembelajaran, salah satunya dalam mata kuliah wajib yaitu Taksonomi Hewan. Taksonomi hewan adalah mata kuliah yang membahas tentang klasifikasi, karakteristik (morfologi, anatomi, dan fisiologi) dan untuk mengidentifikasi suatu organisme, salah satunya pada materi Arthropoda. Untuk lebih mendalami tentang materi perlu diadakannya praktikum yang dapat mempertajam keterampilan mahasiswa yang sesuai dengan Rencana Pembelajaran Semester Taksonomi Hewan. Oleh karena itu, perlu dibuat bahan pengayaan praktikum dalam mata kuliah Taksonomi Hewan. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul ”Keanekaragaman Kepiting Uca spp. (Famili: Ocypodidae) di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Taksonomi Hewan” . 1.2 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Jenis-jenis kepiting Uca spp. yang berada di kawasan mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum dapat diketahui. Perubahan kondisi lingkungan di Desa Muara Seberang dikhawatirkan akan berdampak pada keanekaragaman kepiting Uca spp. sehingga perlu dilakukan penelitian. 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Penelitian ini hanya melakukan pengamatan pada keanekaragaman kepiting Uca spp. Karakteristik habitat yang diamati seperti suhu, salinitas, oksigen, pH dan jenis substrat. Pengambilan sampel dilakukan dengan diambil kepiting Uca spp. yang berukuran besar. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana keanekaragaman kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat? Bagaimana kondisi habitat kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: Untuk mengetahui keanekaragaman kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Untuk mengetahui kondisi habitat kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait keanekaragaman kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Memberikan manfaat kepada masyarakat Desa Muara Seberang terkait keanekaragaman kepiting Uca spp. Menambah wawasan dalam bentuk materi pengayaan praktikum untuk mata kuliah Taksonomi Hewan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian Relevan 2.1.1 Ekosistem Mangrove Mangrove adalah habitat berbagai tumbuhan dan hewan. Sebagian organisme perairan seperti ikan, udang, kepiting juga kerang-kerangan menghuni ekosistem ini, sepanjang siklus hidupnya ataupun sebagian dari siklus hidupnya. Mangrove memiliki produktivitas yang tinggi dan karenanya dapat mensuplai energi berupa bahan organik bagi kehidupan biota yang menempatinya. Ekosistem mangrove menempati daerah ekoton (peralihan) antara ekosistem lautan dan ekosistem daratan. (Zurba, 2017: 1). Menurut Imran (2016: 105), ekosistem hutan mangrove dapat mendegradasi bahan organik yang terkandung di dalam ekosistem tersebut, dan sebagai mata rantai ekologis yang sangat penting terhadap kehidupan makhluk hidup yang berada di perairan sekitarnya. Bahan organik tersebut menjadikan hutan mangrove sebagai sumber makanan dan habitat dari berbagai macam biota seperti ikan, udang dan kepiting. Pada tahun 2010 dilaporkan bahwa dari total luasan 5,1 juta ha mangrove di wilayah Asia Tenggara, luasan kawasan mangrove di Indonesia mencakup sekitar 60% (atau 3,06 juta ha), dari total jumlah luasan mangrove di Indonesia, luasan mangrove sebesar 17,8% (atau 544.680 ha) berada di pesisir Pulau Sumatera. (Djamaluddin, 2018: 1). Provinsi Jambi memiliki hutan mangrove seluas 9.300 ha, terhampar di pantai timur Sumatera, mencakup kawasan mangrove Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kawasan mangrove di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah seluas 4.188 ha (Pemkab Tanjabbar, 2021). Desa Muara Seberang ialah salah satu desa yang letaknya berada di Kecamatan Seberang Kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan memiliki luasan mangrove 150 ha. (Wawancara pribadi dengan Kepala Desa, 2022). Indonesia memiliki taraf keanekaragaman manrove tertinggi di dunia, yang berjumlah 202 spesies mangroveyyang mencakup 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku, 43 jenis (antara lain 33 jenis tumbuhan dan beberapa jenis perdu). Pada daerah kawasan mangrove di Tanjung Jabung Barat ditemukanmmangrove sejati (true mangrove) contohnya seperti Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Acanthus ebracteatus, dan Avicennia marina, sementara spesies lain yang berada di dekat mangrove contohnya seperti Pandanus odoratissima, Barringtonia asiatica, Melastoma candidum, Scaevola taccada, dan Ipomoea pes-caprae (Noor et al, 2006: 27). 2.1.2 Manfaat Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove dapat mendukung masyarakat untuk meningkatkan meningkatkan mutu kehidupan. Ekosistem ini memiliki manfaat ekonomi dan ekologi. Manfaat ekonominya yaitu dapat menjadi penghasil keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan dapat dijadikan bibit. Fungsi ekologis hutan mangrove diantaranya berperan menjadi penjaga baris pantai, menahan intervensi air laut, habitat, zona berburu makanan (feeding ground), zona pembentukan dan pembesaran (nursery ground), zona pemijahan (spawning ground) untuk aneka biota perairan, serta menjadi pengendali iklim mikro. (Rochana, 2010 : 1). Manfaat mangrove terhadap simpanan energi di pantai bisa dipandang berdasarkan fungsinya, contohnya pada proses pembusukan melepaskan komponen-komponen mineral nitrogen, fosfor, dan komponen esensial unsur hara lainnya. Unsur mineral ini adalah produktivitas pada pemindahan tenaga beserta rantai makanan. Sampah yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan ataupun sampah organik tersebut adalah sumber pangan organisme di atasnya, seperti zooplankton, udang, ikan, kepiting, moluska, nematoda, dan amphipoda (Bismark et al, 2010: 78). 2.1.3 Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) Kepiting dalam taksonomi merupakan infraordo Brachyura, dan ordo Decapoda, kelas Crustacea dari Filum Arthropoda. Kepiting memiliki sepuluh kaki beruas-ruas, tubuhnya dilindungi kerangka luar yang keras dan memiliki sepasang capit. Salah satu spesies kepiting adalah kepiting Uca spp. (Famili: Ocypodidae). Kepiting Uca spp. adalah jenis kepiting yang tempat tinggalnya didalammsubstrat dan penghuni asli hutan mangrove. Kepiting Uca spp. ini banyak ditemukan pada bagian depan hutan mangrove dan selalu menggali lubang yang digunakan sebagai sarangnya untuk menyesuaikan diri terhadap suhu tinggi, air yang berada pada lubang yang telah digali oleh kepiting Uca spp. atau tempat tinggal kepiting Uca spp. dapat membantu dalam mengontrol suhu tubuhhmelalui penguapan (Murniati, 2009: 2). Kepiting Uca spp. termasuk famili Ocypodidae, tergolong hewan yang memiliki kaki beruas-ruas (Arthropoda), ukuran tubuh kepiting Uca spp. relatif kecil yaitu 20-70 mm (Pratiwi, 2014: 23). Menurut Poore (2004), klasifikasi kepiting Uca spp. sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Ocypodidae Genus : Uca Spesies : Uca spp. Gambar 2. 1 Morfologi kepiting Uca spp. Jantan (sumber: gambar ulang dari Crane, 1975) Menurut Hasan (2015: 676), kepiting Uca spp. merupakan kelompok kepiting brachyura yang dapat hidup pada lubang di daerah intertidal lumpur dan pasir. Kepiting Uca spp. diketahui sebagai sekelompok famili Ocypodidae. Kepiting Uca dapat hidup pada zona intertidal, tubuhnya berukuran relatif kecil dengan perbedaan jenis kelamin yang jelas dan capit asimetri atau tidak simetris pada jantan dewasa. Terdapat 19 jenis kepiting Genus Uca spp., diantaranya yang teridentifikasi di Indonesia hampir semua wilayah termasuk Sumatera, Jawa, Madura, Lombok, Ternate, Papua (Weis, 2004: 49). Karakteristik dan Morfologi Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) Sepasang capit kepiting Uca spp. tidak sama besar (asimetris), berbeda dengan spesies kepiting lainnya (Murniati et al, 2015). Kepiting Uca spp. ini mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama di modifikasi menjadi sepasang capit yang tidak digunakan untuk bergerak. Bagian mulut kepiting Uca spp. ditutupi oleh maxilliped yang datar, dan bagian depan karapaks tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terdiri dari pelat yang datar (phyllobranchiate), mirip dengan insang udang, melainkan dengan struktur yang berbeda. Insang yang terdapat di dalam tubuh berfungsi untuk menyerap oksigen, yang biasanya sulit dideteksi dari luar. Insang adalah struktur yang lunak yang ditemukan di bagian bawah karapaks dan memiliki mata yang menonjol keluar di bagian depan karapaks. (Pratiwi, 2014: 24) Dalam sistem pengklasifikasian, morfologi merupakan karakteristik utama yang dapat dilihat dan dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai adaptasi dan variasi yang terjadi pada kepiting Uca spp. (Famili: Ocypodidae) dengan lingkungannya (Sloane dalam Wulandari, 2013: 7). Morfologi kepiting Uca spp. dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut. Gambar 2. 2 Morfologi kepiting Uca spp. A. Kepiting jantan dan B. Kepiting betina (sumber : gambar ulang dari Crane, 1975) Bagian tubuh atau karakter penting untuk mengidentifikasi kepiting ini adalah ukuran karapas, daerah sekitar mata, capit besar (jantan). Warna karapas pada famili ini sangat bervariasi (merah, orange, biru metalik, coklat kekuningan dan hijau) serta kontras dengan latar belakang substrat mangrove yang berwarna hitam. Penyebab perbedaan warna ini adalah lokasi dan karakter habitat. Kepiting yang hidup pada daerah terbuka dan terkena sinar matahari cenderung berwarna lebih terang, sedangkan individu yang menghuni daerah yang terlindung oleh vegetasi berwarna lebih gelap. Kepiting jantan memiliki alat kopulasi sedangkan pada betina memiliki lubang genital (Murniati et al, 2015). Tahapan dalam pembuahan kepiting biasanya terjadi dengan cara internal. Kepiting Uca betina akan mengeluarkan telur yang telah dibuahi melalui gonad dan kemudian melewati gonopor. Kemudian telur yang telah dibuahi tersebut ditempatkan diantara pleopod pada bagian ruas ruas abdomen. Kumpulan telur yang sudah mulai menjadi embrio dan ukurannya sangat kecil dengan saling menempel dan berbentuk butiran merah. Selanjutnya kepiting Uca spp. betina dewasa masuk ke dalam air untuk melepaskan telurnya ketika sudah siap menetas. Lalu kepiting Uca spp. betina melepaskan telur-telur tepat sebelum air pasang laut naik. Setelah itu telur menjadi larva, sesaat setelah telur terkena air laut. Ada dua tahapan untuk menjadi larva, yaitu larva zoea dan larva megalopa. Saat memasuki kawasan mangrove, larva meranggas atau berganti cangkang dan berkembang menjadi juvenil atau kepiting Uca anakan yang berbentuk seperti pada saat dewasa. Junevil yang terdapat pada substrat mangrove akan terus tumbuh sampai ia serupa dengan kepiting Uca spp. yang dewasa (Rabalais dan Cameron, 1983: 525). Habitat kepiting Uca spp. (Famili: Ocypodidae) Kepiting Uca spp. adalah kepiting yang dapat hidup dalam daerah yang terkena perubahan naik dan surutnya air di dekat hutan bakau dan pantai berpasir. Terdapat 97 spesies kepiting Uca spp. di dunia, 19 spesies telah telah diidentifikasi di Indonesia. Aktivitas hidup kepiting Uca spp. yang sedang berada dalam lubang yang mereka buat sendiri, kemudian kepiting Uca spp. mencari makan saat air laut sedang surut dengan keluar dari lubang tersebut dan masuk kembali saat ia mulai merasa ada ancaman serta saat air laut mulai pasang. Saat kepiting Uca spp. telah mencapai usia 12-14 bulan, proses reproduksi mereka dimulai dan bertahan hidup di lingkungan yang sesuai dengan habitatnya, dapat bertahan hidup sampai usia 3-4 tahun, dan memiliki manfaat di ekosistem mangrove sebagai detrivor atau memakan sisa-sisa makhluk hidup (Rosenberg dalam Hasan, 2015 : 563). Kepiting Uca spp. dapat bertahan hidup pada subtrat berlumpur atau berpasir. Jenis subtrat yang terdapat dalam kawasan mangrove memiliki kedudukan dalam menentukan daerah pemijahan (spawning ground), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah asuhan (nursery ground) kepiting Uca spp. (Rosenberg, 2000). Disamping itu, kepiting Uca spp. dapat bertahan hidup dengan suhu 25ºC - 30ºC dan salinitas 22-26 ppt (Cholik, 2005; Hardjowigeno, 2007). Berikut habitat kepiting Uca spp. yang yang terdapat pada Gambar 2.3 berikut: Gambar 2. 3 Habitat kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) (dokumentasi pribadi, 2022). 2.2 Faktor Lingkungan pada Habitat Kepiting Uca spp. (Famili: Ocypodidae) Faktor-faktor lingkungan di habitat kepiting Uca spp. memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nybakken (1988) “faktor lingkungan kimia dan fisik muara menunjukkan variabilitas yang besar dalam banyak factor, seringkali menjadikan suatu lingkungan menegangkan atau memberikan ancaman bagi organisme”. Faktor lingkungan pada habitat kepiting Uca spp. diantaranya: 2.2.1 Salinitas Salinitas memiliki dampak yang besar terhadap kelangsungan hidup organisme. Ketika kadar salinitas tinggi, osmoregulasi pada tubuh makhluk hidup berubah. Pada daerah habitat kepiting yang dekat dengan perairan laut salinitasnya sangat yang bervariasi. Salinitas juga bervariasi dengan seiring naik dan turunnya pasang surut air laut (Campbell, 2010). Kepiting Uca spp. dapat bertahan hidup pada salinitas 10–35 ppt. (Krisnawati, 2018: 241). 2.2.2 Suhu Suhu adalah salah satu faktor yang banyak mendapatkan ketertarikan dalam penelitian diaspek lingkungan kelautan, terkhusus untuk mengkaji gejala fisik dan hubungannya dengan kelangsungan hidup makhluk hidup. Kepiting Uca spp. dapat bertahan hidup pada suhu 23 ºC -30 ºC (Rahayu et al, 2018: 60) 2.2.3 Oksigen Terlarut Oksigen adalah kebutuhan pokok makhluk hidup untuk bernapas, kandungan oksigen yang terdapat di habitat kepiting Uca spp. sangat ditentukan lingkungan sekitarnya. variasi suhu dan salinitas dapat berpengaruh terhadap jumlah oksigen dalam air. Kadar oksigen yang rendah pada pesisir dekat estuari, berkaitan dengan ketidak jernihan air laut dan hal ini dapat dipengaruhi karena bertambahnya aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan zat organik menjadi zat anorganik. Sedangkan kadar oksigen terlarut yang tinggi terhadap perairan lepas pantai, disebabkan airnya yang jernih maka dari itu oksigen yang masuk kedalam air dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan, melalui tahapan difusi dan fotosintesis (Simon et al, 2013: 151). Pada umumnya kandungan oksigen yang dapat mendukung kehidupan organisme perairan yaitu kandungan oksigen terlarut dengan sebesar 5 ppm (Swingle dalam Salmin, 2005). Derajat keasaman Umumnya kepiting Uca spp. ini dapat hidup di daratan dengan pH tanah 7,25-7,49. Rentang nilai pH tersebut telah tergolong ke dalam kategori baik pada pertumbuhan dan perkembangan Kepiting Uca spp. (Krisnawati, 2018:241). 2.2.5 Jenis substrat Fungsi penting dari substrat adalah tempat bertumpu, tempat membangun rumah, dan tempat makanan. Beberapa jenis hewan menjadikan substrat sebagai tempat berlindung. Menurut Natania (2017: 20), mendeskripsikan bahwa spesies Uca spp. umumnya hidup di habitat berpasir dan berlumpur. 2.3 Penelitian yang Relevan Penelitian ini merujuk kepada penelitian sebelumnya oleh penelitian Suprayogi (2012: 27) di desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat menemukan 3 Jenis kepiting family Ocypodidae yaitu Uca forcipata, U. rosea, dan U. dussumieri. Hasil penelitian Hasan (2015: 680), pada Kawasan Konservasi Mangrove Pantai Panjang, Bengkulu menemukan ditemukan 7 spesies yang tergabung pada Ordo Decapoda dan family Ocypodidae yaitu Uca perplexa, Uca lactea, Uca jocelynae, Uca forcipata, Uca triangularis, Uca rosea, dan Uca dussumieri. Hasil penelitian Aprilyanto (2017: 94), ditemukan 6 spesies kepiting Uca spp. dari famili Ocypodidae yang berada pada sekitar daerah yang terkena pasang surut air laut hutan bakau di Kelurahan Kabonga Kecil. Dari enam spesies Kepiting Uca spp. yang ditemukan yaitu Uca annulipes, Uca triangularis, Uca perplexa, Uca dussumieri, Uca demani, dan Uca vocans. Penelitian Kurniawan (2020: 107), didapatkan keanekaragaman spesies kepiting Uca spp. di tempat penelitian kawasan mangrove Dusun Setingga Asin Desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas, yaitu sebanyak 7 spesies yang terdiri dari Uca annulipes, Uca rosea, Uca forcipata, Uca bellator, Uca tetragonon, Uca paradussumieri, dan Uca acuta. Pada penelitian Ardiyanti (2018: 74) didapatkan Keanekaragaman jenis Kepiting (Brachyura) di ekosistem mangrove Desa Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, telah menemukan 3 spesies kepiting Uca spp. yaitu Uca annulipes, Uca dussumieri, Uca forcipata. Hasil penelitian Hanafi (2020: 364), didapatkan keanekaragaman spesies kepiting Uca spp. pada kawasan mangrove Desa Karimunting Kecamatan Sungai Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang, menemukan spesies kepiting Uca spp. sebanyak 6 spesies yang terdiri dari Uca paradussumieri, Uca forcipata, Uca crassipes, Uca annulipes, Uca rosea dan Uca tetragonon. Oktaviyani (2021: 74), di sepanjang pesisir pantai Kuala Tungkal kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Barat, telah menemukan 2 jenis kepiting famili Ocypodidae yaitu Uca dussumieri dan Uca forcipata. Ruwaida et al, (2021: 499), didapatkan keanekaragaman kepiting Uca pada kawasan hutan mangrove Kuala Langsa Provinsi Aceh, telah menemukan 6 spesies kepiting Uca spp. dengan spesiesnya adalah Uca tetragonon, Uca vocans, Uca annulipes, Uca vomeris, Uca perplexa, dan Uca dussumeiri. 2.4 Taksonomi Hewan Taksonomi berkaitan erat dengan cabang biologi yang terbesar yaitu sistematika. Istilah sistematika berasal dari bahasa Yunani latin yaitu systema, dan diaplikasikan pada sistem klasifikasi oleh Linnaeus (1735) dalam bukunya yang berjudul Systema Naturae. Sistematika adalah studi ilmiah tentang organisme yang berbeda, keanekaragamannya dan semua hubungan biologis di antara mereka. Sederhananya, sistematika adalah ilmu tentang keanekaragaman organisme (Rosadi et al, 2008). Taksonomi hewan adalah landasan penting pada kajian ilmu ekologi yaitu studi tentang korelasi yang terjadi antara organisme dan habitatnya. Pada faktanya, bahwa tidak terdapat studi ekologi yang tidak membutuhkan proses untuk pengenalan atau penentuan identitas terhadap spesies. Keakuratan dalam menentukan identitas spesies sangat bermanfaat. Tanpa keakuratan dalam menentukan identitas suatu spesies dalam ekologi sama dengan sia-sia (Rosadi et al, 2008). Ciri-ciri organisme atau disebut karakter taksonomi sangat penting untuk dipahami, karena hal tersebut sangat berguna untuk mengidentifikasi suatu organisme. Hubungan kekerabatan diperoleh berdasarkan ciri-ciri organisme, disamping itu dengan memahami ciri-ciri dengan benar akan memudahkan kita dalam menggunakan kunci identifikasi. Karakter taksonomi adalah atribut yang dimiliki oleh anggota suatu takson dimana atribut tersebut berbeda dengan atribut anggota takson yang lain. Setiap perbedaan antara dua individu adalah suatu karakter tapi tidak semua karakter berguna untuk keperluan taksonomi. Untuk mengetahui dimana karakter yang berguna dapat ditemukan dan membuat suatu nilai yang spesifik, hal ini merupakan skill yang penting bagi ahli sistematik yang memerlukan tidak hanya pengetahuan teoritis yang baik tapi juga pengalaman. (Suartini, 2015) Identifikasi makhluk hidup dan upaya klasifikasi dalam suatu sistem merupakan gambaran kekerabatan dalam sejarah perkembangan makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Serta membuat ikhtisar mengenai dunia makhluk hidup langkah pertama yang dapat dilakukan dalam tahapan klasifikasi yaitu mencari persamaan dan perbedaan dari ciri organisme yang akan diidentifikasi. Ciri yang diamati dapat berupa ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi. Sederhananya pada fase ini kita akan melihat persamaan dan perbedaan antara dua makhluk hidup, kemudian menentukan apakah keduanya sama atau tidak. Untuk mengidentifikasi makhluk hidup, hal ini dilakukan dengan membandingkan organisme dengan gambar, spesimen yang telah diawetkan atau dengan menggunakan kunci determinasi atau kunci identifikasi. Kunci identifikasi merupakan panduan yang efektif untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan organisme dalam tingkatan taksonomi tertentu (Tjitrosoepomo,2013). 2.5 Bahan Pengayaan Praktikum Praktikum merupakan salah satu kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk memantapkan pengetahuan peserta didik terhadap materi mata kuliah melalui aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi teori yang dipelajari, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan. Kegiatan praktikum tidak hanya membuktikan teori yang dipelajari peserta didik, tapi juga berfungsi untuk melatih dan meningkatkan proses sains. (Nurmawati et al, 2011). Rustaman (2002) menyatakan bahwa untuk menunjang keberhasilan dan optimalisasi kegiatan praktikum diantaranya, melibatkan peserta didik, kurikulum, peralatan, penuntun praktikum, dan sistem evaluasi praktikum yang digunakan. Bahan pengayaan adalah suatu bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat berupa buku, modul, penuntun dan lain-lain. Biasanya terdapat materi dan gambar yang dapat menambah, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan peserta didik (Hapsari et al, 2016: 26). Karakteristik bahan pengayaan yakni sumber materi ajar berupa referensi baku mata pelajaran tertentu yang disusun sistematis dan sederhana disertai petunjuk pembelajaran. Dalam buku tersebut terdapat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan, dan memperkaya kemampuan peserta didik (Depdiknas, 2008: 12). Bahan pengayaan praktikum taksonomi hewan merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan untuk memantapkan konsep dan teori yang diperoleh siswa dari proses perkuliahan taksonomi hewan. Mata kuliah taksonomi hewan memiliki tujuan untuk memberi wawasan tentang ciri-ciri, struktur, fungsi, klasifikasi, karakteristik, dan peranan yang menguntungkan dan merugikan manusia dan contoh hewan yang sudah langka, hampir punah dan yang baru ditemukan. Materi yang terdapat dalam mata kuliah Taksonomi Hewan salah satu sub-babnya membahas tentang ciri-ciri umum Filum Arthropoda, struktur dan fungsi Filum Arthropoda, klasifikasi Filum Arthropoda, karakteristik khusus masing-masing anggota Filum Arthropoda, peranan Filum Arthropoda dalam kehidupan, dan macam-macam contoh hewan Arthropoda yang sudah langka, hampir punah dan yang baru ditemukan. (Subagyo et al, 2020). 2.6 Kerangka Berpikir Ekosistem mangrove di Desa Muara Seberang kabupaten Tanjung Jabung Barat yang masih terjaga keasriannya dan berperan sangat penting terutama dalam melindungi flora dan fauna. Supaya ekosistem mangrove tetap lestari dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terkait keanekaragaman kepiting Uca spp. yang bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Muara Seberang dalam mengetahui pentingnya menjaga ekosistem agar dapat terjaga kondisi habitat kepiting Uca spp dan menambah wawasan dalam bentuk bahan pengayaan praktikum untuk mata Taksonomi Hewan. Salah satu cara dalam menjaga kelestarian kepiting Uca spp. karena keanekaragaman jenis dan total kepiting Uca spp. dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan mangrove yang masih terjaga dan asri. Keberadaan kepiting Uca spp. di ekosistem mangrove bertindak sebagai detrifor dan spesies kunci. Hasil dari penelitian ini akan dijadikan informasi tambahan mengenai jenis-jenis kepiting Uca spp. yang dapat dituangkan dalam bentuk bahan pengayaan praktikum Taksonomi Hewan, khususnya pada materi Filum Arthtopoda. Berikut kerangka berpikir yang dapat menggambarkan tentang penelitian ini pada Gambar. 2.4. Gambar 2. 4 Bagan alur kerangka berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilaksanakan di kawasan mangrove Desa Muara Seberang Kecamatan Seberang Kota kabupaten Tanjung Jabung Barat pada stasiun yang telah di tentukan dan Laboratorium FKIP Universitas Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2022. 3.2 Desain Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif, pengamatan yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan kondisi habitat kepiting Uca spp (keadaan suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, dan jenis substrat) yang ditemukan di kawasan mangrove Desa Muara Seberang. Penentuan lokasi pengamatan ini juga ditentukan dengan purposive sampling, menurut Lenaini, (2021: 34) Purposive sampling merupakan metode sampling yang dapat menentukan identitas yang tepat dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menangani kriteria khusus untuk menentukan sampel. Penentuan stasiun ditentukan berdasarkan karakter habitat keberadaan mangrove dan bertujuan untuk mendapatkan keanekaragaman kepiting Uca spp. yang lebih bervariasi. Penetapan stasiun berdasarkan karakter lingkungan di lokasi penelitian. Stasiun penelitian dibuat menjadi 3 stasiun pengamatan yang berbeda-beda. Karakteristik dan titik koordinat stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3. 1 Karakteristik dan titik koordinat stasiun penelitian Stasiun Karakteristik Stasiun Titik koordinat 1 Daerah ekosistem mangrove yang berada di dekat permukiman rumah warga. Keadaan mangrove sedikit dan populasinya tidak terlalu rapat. 0°45´10.1¨ S 103°26´59.0¨E 2 Tepi hutan mangrove. Terdapat cukup banyak mangrove dan populasinya tidak terlalu rapat. 0°44´57.3¨ S 103°26´56.5¨E 3 Hutan mangrove. Terdapat berbagai jenis tumbuhan mangrove dan populasinya lebih rapat. 0°44´53.5¨ S 103°27´02.6¨E Pada masing-masing stasiun dibuat 2 sub stasiun dalam bentuk transek. Garis transek sepanjang 45 m dengan jarak antar transek 10 m. Setiap transek terdiri dari 5 plot dengan ukuran 5 x 5 m dan jarak antar plot 5 m. Penempatan garis transek pada stasiun 1 sejajar dengan muara sungai, sedangkan pada stasiun 2 dan 3 garis transek ditarik dari pasang tertinggi ke pasang terendah. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun yang berbeda. Penentuan stasiun dilakukan dengan memilih daerah yang mewakili lokasi pengamatan berdasarkan tingkat kerapatan populasi mangrove dan aktivitas manusia. Desain transek pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3. 1 Skema transek penelitian (modifikasi Oktaviani, 2021 : 34) Keterangan : A. Plot berukuran 5 X 5 Meter B. Jarak antar plot 5 meter C. Jarak antar transek 10 meter D. panjang garis transek 45 meter 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepiting Uca spp. yang berada dalam kawasan mangrove Desa Muara Seberang kabupaten Tanjung Jabung Barat, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah semua kepiting Uca spp. yang tertangkap saat pengambilan sampel di stasiun penelitian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data penelitian menggunakan metode eksploratif, yaitu pengambilan data secara langsung di lokasi penelitian. Meliputi jumlah individu kepiting Uca spp. yang ditemukan, cuaca, tempat dan waktu pengambilan sampel. Data pendukung berupa data mengenai faktor lingkungan yang penting untuk diamati yaitu suhu, salinitasi, oksigen terlarut, derajat keasaman, dan jenis substrat. 3.5 Teknik Analisa Data Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi indeks keanekaragaman jenis dan indeks dominansi jenis kepiting Uca spp. Indeks keanekaragaman jenis dan indeks dominansi dihitung menggunakan rumus. Adapun analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 3.5.1 Indeks Keanekaragaman Jenis Indeks Keanekaragaman jenis (Shanon-Wiener) mempunyai beberapa kategori menurut Magurran (2004: 107) Menggunakan rumus seperti : H^'= - ∑_(i=l)^S▒〖Pi lnPi 〗 Keterangan : Pi = ni/N H’ : Indeks keanekaragaman jenis Pi : rasio perbandingan antara jumlah individu jenis-i (ni) dengan jumlah individu seluruh jenis (N) ni : Jumlah individu dari jenis ke-i N : Jumlah total individu dari seluruh jenis Ln : Logaritma Natural Indeks Keanekaragaman (Shanon-Wiener) mempunyai beberapa katagori menurut (Odum, 1993: 52) yang meliputi 3 kriteria berdasarkan kondisi organisme sebagai berikut: Jika H’ < 1 : Keanekaragaman rendah. Jika 1 < H’ < 3 : Keanekaragaman sedang. Jika H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi. 3.5.2 Indeks Dominansi Jenis Data dominansi dianalisis menggunakan indeks dominansi simpson sebagai berikut menurut (Maguran, 2004: 114) Menggunakan rumus seperti: D= ∑▒〖(Pi)〗^2 Keterangan : Pi = (ni/N)^2 D = indeks Simpson ni = jumlah individu tiap jenis ke i N = Jumlah total seluruh individu ∑ = Jumlah dengan kriteria sebagai berikut: jika 0 < D < 0,5 = dominansi rendah jika 0,5 < D < 0,75 = dominansi sedang jika 0,75 < D < 1 = dominansi tinggi 3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Persiapan Kegiatan persiapan ini dilakukan dengan observasi pada kawasan mangrove Desa Muara Seberang Kecamatan Seberang Kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan tujuan untuk melihat, menentukan stasiun dan perizinan terkait penelitian tentang kepiting Uca spp. (famili : Ocypodidae) yang terdapat di tepi hutan mangrove, hutan mangrove dan permukiman warga Desa Muara Seberang, kemudian menyiapkan alat dan bahan yang digunakan selama penelitian. 3.6.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), kamera, meteran, patok (kayu), tali raffia, kertas label, kertas milimeter, ember, plastik klip, botol spesimen, sekop, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, air, dan kepiting Uca spp. Pengukuran untuk data lingkungan menggunakan Thermometer, DO meter, soil tester, pH digital dan Refractometer. 3.6.3 Pengambilan Sampel Penangkapan sampel pada pagi dan siang hari pukul 08.00 dan 12.00 WIB. Pengambilan sampel dapat dilakukan pada saat bulan baru atau pada saat waktu surut terendah karena waktu tersebut keadaan air di kawasan mangrove surut lebih lama. Penangkapan sampel kepiting dilakukan dua kali untuk masing-masing stasiun, hal ini untuk meminimalisir tidak terambilnya pada penangkapan pertama. Pengambilan sampel menggunakan metode hand collecting atau pengambilan manual dengan tangan yang diambil dalam plot, kepiting yang berada dalam lubang diambil dengan cara menggali lubang kepiting Uca spp. sedalam 30 cm untuk mendapatkan sampel kepiting Uca spp. dapat digunakan sekop (Ruwaida et al, 2021: 495). Sampel yang telah diambil dimasukkan kedalam toples yang diberi label yang berisi alkohol 70%. Sampel kepiting Uca spp. dihitung jumlah individu dan jumlah spesies yang ditemukan dalam masing-masing plot. Kemudian diambil beberapa individu dengan ukuran yang berbeda dari setiap spesies yang akan diidentifikasi keanekaragamannya. Pengambilan sampel dilakukan setelah pengukuran faktor lingkungan pada masing-masing stasiun dan yang diambil sebagai sampel kepiting Uca spp. dengan ukuran yang berukuran cukup besar. Pengukuran faktor lingkungan meliputi pengukuran suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat keasaman dan jenis substrat. Hal ini dilakukan supaya hasil yang didapatkan lebih maksimal. Suhu Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer. Termometer dimasukkan ke dalam air selama 2-3 menit, kemudian dibaca skala yang tertera pada termometer tersebut. Salinitas Salinitas dianalisis di Laboratorium FKIP menggunakan refraktometer dengan membawa contoh sampel dari masing-masing stasiun. Langkah-langkah untuk mengukur kadar salinitas adalah buka penutup refraktometer tetesi dengan aquades, bersihkan tetesan tersebut hingga tak ada sisa yang tertinggal, teteskan air sampel yang ingin diketahui kadar salinitasnya, lalu arahkan refraktometer ke arah cahaya matahari langsung, akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukkan kadar salinitasnya, catat hasil nilai salinitas, simpan alat di tempat yang kering. Oksigen terlarut Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter. Sebelum dimasukkan kedalam air, DO meter dikalibrasikan terlebih dahulu sampai nilai yang tertera pada monitor adalah nol. Kemudian dicelupkan pen pada DO meter ke dalam air yang akan ditest kadar oksigen terlarutnya. Maka dengan otomatis nilai oksigen terlarut akan terlihat di monitor DO meter. Derajat keasaman Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelum mencelupkan pH meter kedalam air terlebih dahulu menekan tombol ON pada pH meter tersebut. Setelah itu masukkan pH meter ke dalam air tunggu hingga beberapa menit. Kemudian dibaca angka konstan yang menunjukkan kadar dari pH air tersebut. Jenis substrat Penggolongan jenis substrat digunakan dengan cara mengambil sampel substrat sebanyak satu kali pada masing-masing stasiun dengan menggunakan skop ataupun tangan yang kemudian diletakkan ke dalam plastik klip yang telah diberi label untuk setiap stasiunnya. Untuk analisis jenis substrat dilakukan di UPT Laboratorium Dasar dan Terpadu Universitas Jambi menggunakan metode hidrometer. Penentuan tekstur substrat berdasarkan Gambar segitiga miller berikut. Gambar 3. 2 Segitiga Miller 3.7.3 Tahap Penanganan Kepiting Uca spp. (Famili : Ocypodidae) Sampel yang telah didapatkan di stasiun terlebih dahulu dibersihkan. Kemudian disiapkan wadah yang berisi air. Sampel kepiting yang telah dibersihkan akan didokumentasikan diatas kertas milimeter. Selanjutnya Sampel kepiting Uca spp. diawetkan menggunakan Alkohol 70% untuk dikoleksi dan diidentifikasi didalam laboratorium dengan memperhatikan bentuk capitnya, warna, ukuran, karapaks dan lainnya. Kepiting diidentifikasi dengan cara mencocokkan menggunakan buku identifikasi Uca di Hutan Mangrove Indonesia (Tinjauan Aspek Biologi dan Ekologi untuk Eksplorasi) diterbitkan oleh LIPI Press yang ditulis oleh Murniati dan Pertiwi (2015) serta jurnal-jurnal yang relevan seperti Natania (2017), Rahayu (2018), dan Krisnawati (2015). . BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Desa Muara Seberang secara administratif berada di kecamatan Seberang Kota, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Luas total Desa Muara Seberang dengan luas 20.000 ha. 150 ha diantaranya merupakan hutan mangrove. Hutan mangrove Desa Muara Seberang merupakan habitat flora dan fauna dan merupakan sumber mata pencaharian masyarakat desa. Dalam Penelitian ini, pengambilan sampel dibagi menjadi 3 stasiun penelitian. Stasiun 1 Stasiun 1 merupakan daerah ekosistem mangrove yang berada di dekat permukiman rumah warga. Di stasiun ini, ditumbuhi mangrove jenis Avicennia sp.. Stasiun ini dekat dari pemukiman dan aktivitas penduduk, sehingga gangguan di stasiun cukup tinggi. Daerah ini terkena air laut saat pasang tertinggi. Kondisi tanahya mudah goyah apabila diinjak. Kawasan ini sebelumnya adalah kawasan mangrove yang lama kelamaan menjadi permukiman rumah warga. Tekstur substrat pada stasiun ini adalah lempung berpasir. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4. 1 Dekat permukiman rumah warga (dokumentasi pribadi, 2022) Stasiun 2 Stasiun 2 merupakan daerah tepian hutan mangrove yang masih terdapat cukup banyak mangrove dan tidak terlalu rapat dengan ditumbuhi mangrove jenis Rhizophora sp., dan Avicennia sp.. Stasiun ini jauh dari pemukiman dan aktivitas penduduk, sehingga gangguan di stasiun rendah. Ketika teradi pasang, daerah ini yang pertama tergenang air laut karena letaknya dekat muara sungai, sehingga pengambilan sampel dilakukan saat air laut surut. Tekstur substrat pada stasiun ini adalah lempung berpasir. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini. Gambar 4. 2 Tepian hutan mangrove (dokumentasi pribadi, 2022) Stasiun 3 Stasiun 3 yaitu hutan mangrove, banyak ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan mangrove dan lebih rapat dibandingkan dengan stasiun dekat permukiman warga dan tepi hutan mangrove, Sehingga cahaya matahari tidak dapat optimal masuk hingga ke tanah. Mangrove yang terdapat dalam stasiun ini adalah jenis Rhizophora sp., dan Bruguiera sp., Lumnitzera sp., dan Avicennia sp.. Stasiun ini jauh dari pemukiman dan aktivitas penduduk, sehingga gangguan di stasiun rendah. Tekstur substrat pada stasiun ini adalah lempung berpasir. Tanahnya yang cukup keras dan banyak akar pohon di dalam tanah menyulitkan saat pengambilan sampel terutama pada penggalian tanahya. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini. Gambar 4. 3 Hutan mangrove (dokumentasi pribadi, 2022) 4.1.2 Keanekaragaman Kepiting Uca spp. Total kepiting Uca yang ditemukan berjumlah 218 individu. Kepiting Uca spp. yang ditemukan, terdiri 4 spesies yaitu Uca coarctata, Uca rosea, Uca dussumieri, Uca forcipata. Jumlah dan jenis kepiting Uca spp. yang ditemukan di kawasan mangrove Desa Muara Seberang disajikan pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4. 1 Jumlah dan jenis kepiting Uca spp. yang ditemukan No. Nama Spesies Stasiun Total 1 2 3 1. Uca coarctata 17 43 7 62 2. Uca rosea 9 12 1 22 3. Uca dussumieri 68 38 5 116 4. Uca forcipata 7 11 0 18 Jumlah 101 104 13 218 Berdasarkan Tabel 4.1 jumlah individu kepiting Uca diketahui paling banyak ditemukan pada stasiun 2 yaitu berjumlah 104 individu, sedangkan paling sedikit terdapat pada stasiun 3 yaitu berjumlah 13 individu. Spesies kepiting Uca spp. yang paling banyak ditemukan adalah Uca dussuieri sedangkan yang paling sedikit adalah Uca forcipata. Pada stasiun 3 hanya ditemukan 3 spesies kepiting Uca spp., spesies yang tidak ditemukan pada stasiun ini adalah Uca forcipata. Deskripsi masing-masing spesies kepiting Uca spp. berdasarkan karakter morfologi dicantumkan pada Tabel 4.2. Tabel 4. 2 Deskripsi spesies kepiting Uca spp. yang ditemukan No. Spesies Deskripsi 1. Uca coarctata Bagian muka karapaks sempit serta terdapat deretan pendek bintil, berbentuk trapesium. Ukuran kepiting Uca dapat mencapai 20-75 mm Warna karapaks umumnya hitam dengan corak putih melintang, manus berwarna keunguan, poleks dan daktilus berwarna putih. Tangkai mata berwarna hitam dan bintik matanya merah Bentuk capit bertekstur halus, daktilus ditutupi oleh bintil-bintil makroskopis. Telapak capit dilengkapi bintil kecil dan besar, pada poleks terdapat satu gigi lebih besar didekat ujung pada tepi pemotong. Ujung daktilus berbentuk kait, ujung poleks berbentuk ramping. Apabila daktilus dan poleks mengatup berbentuk seperti tang. Lokasi ditemukan : Stasiun 1,2, dan 3 2. Uca rosea Bagian muka karapaks sempit, berbentuk trapesium, dan ujung karapas tumpul, bagian dorsal memanjang pada bagian atas, dan bagian bawah sedikit menyempit Ukuran kepiting Uca dapat mencapai 10-50 mm. Warna karapas hitam dan merah, dengan manus berwarna merah, poleks dan daktilus berwarna putih. Tangkai mata dan bintik matanya berwarna hitam. Bentuk capit bergerigi dan berlekuk, terdapat bintil-bintil kasar berwarna merah. Lokasi ditemukan : Stasiun 1,2, dan 3 3. Uca dussumieri Bagian muka karapas sempit, terdapat lekukan memanjang yang dalam. karapas berbentuk trapesium. Ukuran kepiting Uca mencapai 40 mm Warna karapas kuning kecoklatan, manus berwarna orange, daktilus dan poleks berwarna orange. Tangkai mata dan bintik matanya berwarna hitam. Bentuk capit lebih ramping (pipih), terdapat dua alur dangkal dibagian tengah daktilus panjang dan tampak jelas, tepi pemotong bergerigi, telapak capit tanpa dilengkapi bintil-bintil. Tidak ada bentuk khusus pada ujung capit ketika mengatup. Lokasi ditemukan : Stasiun 1,2, dan 3 4. Uca forcipata Bagian muka karapas yang sempit, dasar orbit tidak berbintil, sudut luar orbit tajam karapas berbentuk trapesium. Ukuran kepiting Uca mencapai 20-60mm Warna karapas hitam, manus, daktilus dan poleks berwarna kecoklatan. Tangkai mata dan bintik matanya berwarna hitam. Bentuk capit seperti tang, bagian dalam manus terdapat bintil-bintil yang berukuran cukup besar, pada bagian luar poleks dan daktilus terdapat sebuah alur, terdapat beberapa gigi pada ujung daktilus dan poleks. Lokasi ditemukan : Stasiun 1 dan 2 4.1.3 Nilai Indeks Keanekaragaman Spesies dan Indeks Dominansi Hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh indeks keanekaragaman (H’) dan indeks dominansi (D) dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4. 3 Nilai Indeks Keanekaragaman Spesies (H’) dan Indeks Dominansi (D) No. Indeks Stasiun Kategori 1 2 3 1. Keanekaragaman spesies (H’) 0,967 1,220 0,898 Rendah-Sedang 2. Dominansi (D) 0,494 0,329 0,444 Rendah Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu 1,220 dan nilai indeks keanekaragaman paling rendah terdapat di stasiun 3 yaitu 0,898. Nilai indeks dominansi (D) tertinggi terdapat di stasiun 1 yaitu 0,494, sedangkan indeks dominansi terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,329. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis dan dominansi dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. 4.1.4 Faktor Lingkungan Pada masing-masing stasiun diambil data lingkungan yang meliputi, suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut dan jenis substrat yang terdapat pada masing-masing stasiun. Berikut hasil data lingkungan disajikan pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4. 4 Faktor lingkungan di masing-masing stasiun penelitian No. Parameter Lingkungan Stasiun 1 2 3 1. Suhu 27-28 ºC 28-29 ºC 25-26 ºC 2. Ph 7,72-7,74 7,70-7,71 7,75-7,76 3. Salinitas 17 ppt 22,1 ppt 22 ppt 4. Oksigen terlarut 5,12 5,18 5,22 5. Jenis substrat Lempung berpasir Lempung berpasir Lempung berpasir Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat hasil pengukuran data lingkungan pada masing- masing stasiun berbeda. Suhu pada setiap stasiun memiliki nilai antara 25ºC - 29ºC. Suhu pada stasiun penelitian yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu kisaran 28-29ºC dan suhu terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu kisaran 25-26ºC sedangkan pada stasiun 1 dengan kisaran suhu 27-28ºC. Derajat keasaman atau pH setiap stasiun memiliki nilai antara 7,70-7,76 dengan pH tertinggi pada stasiun 3 yaitu kisaran 7,75-7,76 dan pH terendah pada stasiun 2 yaitu 7,70-7,71, sedangkan pada stasiun 1 dengan kisaran pH 7,72-7,74. Salinitas yang tergolong sedang berkisar antara 17-22,1 ppt dengan salinitas tertinggi pada stasiun 2 yaitu 22,1 ppt dan salinitas terendah pada stasiun 1 yaitu 17 ppt. Jenis substrat ditentukan dengan cara pemetaan segitiga tekstur tanah (Lampiran 6) dan hasil dari ketiga stasiun adalah lempung berpasir. 4.2 Pembahasan 4.2.1. Kepiting Uca spp. di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang Spesies kepiting Uca spp. pada setiap stasiun penelitian di Kawasan Hutan Mangrove Desa Muara Seberang menunjukkan keanekaragaman spesies yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di lokasi, ditemukan 4 spesies kepiting Uca spp. Pada stasiun 1 ditemukan 4 spesies kepiting Uca spp. Spesies yang ditemukan antara lain Uca coarctata, Uca rosea, Uca dussumieri, dan Uca forcipata. Spesies yang ditemukan paling banyak yaitu Uca dussumieri yaitu sebanyak 68 individu dari 101 individu kepiting Uca spp.. Uca dussumieri hidup pada substrat yang berpasir (Hasan, 2015: 680). Berdasarkan uji tekstur tanah diketahui bahwa pada stasiun 1 memiliki persentase pasir yang banyak yaitu 56,06%, sedangkan liat 15,99% dan debu 27,99% (Lampiran 6), sehingga Uca dussumieri menjadi spesies yang paling banyak ditemukan di stasiun 1. Uca dussumieri mampu beradaptasi secara baik terhadap faktor-faktor lingkungan yang sangat luas yang ada di ekosistem mangrove. Sehingga kepiting jenis ini ditemukan melimpah di beberapa stasiun yang memiliki salinitas yang berbeda (Natania, 2017:20). Uca dussumieri juga merupakan spesies yang paling dominan, dijumpai di semua lokasi penelitian yaitu di muara sungai daerah mangrove, dengan substrat lempung berpasir yang sesuai dengan kehidupannya (Pratiwi, 2007: 325). Uca dussumieri yang jumlahnya mendominasi ini dapat menandakan bahwa daerah tersebut berpotensi untuk konservasi. Sama halnya dengan stasiun 1, pada stasiun 2 juga terdapat 4 spesies kepiting Uca spp. yaitu Uca coarctata, Uca rosea, Uca dussumieri, dan Uca forcipata. Spesies yang paling banyak ditemukan di stasiun 2 yaitu Uca coarctata dengan jumlah 43 individu dari 104 individu. Uca coarctata biasanya hidup pada suatu kondisi lingkungan yang memiliki substrat lempung berpasir. Hal ini sepakat dengan pendapat Winanti (2014: 51), Uca coarctata hanya ditemukan pada lokasi yang memiliki substrat lempung dan lokasi yang bersubstrat lempung berpasir. Kondisi substrat mempunyai kontribusi yang besar dalam membentuk wilayah penyebaran tumbuhan dan hewan seperti spesies kepiting. Spesies kepiting Uca yang ditemukan di stasiun 3, tiga spesies yaitu Uca coarctata, Uca rosea, dan Uca dussumieri. Hal ini dapat dikarenakan kerapatan dari kondisi mangrove yang rapat dan letak stasiun ini di dalam hutan mangrove. Sedangkan kepiting Uca spp. menyukai daerah yang vegetasi mangrovenya tidak terlalu rapat, tempat yang luas dan daerah yang paling banyak berdekatan dengan daratan karena memiliki lingkungan yang kering, sehingga kepiting Uca spp. dapat lebih menyesuaikan diri. (Lestari, 2014: 42). Kepiting Uca spp. yang ditemukan di Kawasan Mangrove Desa Muara Seberang berjumlah 4 spesies. Penelitian mengenai kepiting Uca spp. di Jambi sebelumnya telah dilakukan oleh Suprayogi (2014) di Desa Tungkal 1 Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya menemukan 3 spesies kepiting Uca sp. dan Susanti (2016) di Kampung Laut Kabupaten Tanjung Jabung Timur menemukan 4 spesies kepiting Uca sp., Ardiyanti (2017) di Desa Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur menemukan 3 spesies kepiting Uca spp., dan Oktaviyani (2020) di Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat menemukan 2 spesies kepiting Uca spp.. Jumlah spesies yang ditemukan oleh Suprayogi, Susanti, Ardiyanti, dan Oktaviyani tidak jauh berbeda dibandingkan dengan jumlah spesies yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini diduga karena kondisi ekosistem kawasan mangrove di Desa Muara Seberang Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan daerah penelitian yang lain tidak terlalu jauh berbeda. Perbandingan spesies kepiting Uca spp. yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4. 5 Perbandingan Beberapa penelitian Kepiting Uca sp. di kawasan Mangrove Provinsi Jambi No. Spesies Hasil penelitian Rahmawati (2022, Desa Muara Seberang Tanjabbar) Suprayogi (2014, Desa Tungkal 1 Tanjabbar) Susanti (2016, Kampung Laut Tanjabtim) Ardiyanti (2017, Desa Lambur Tanjabtim) Oktaviyani (2020, Kuala Tungkal Tanjabbar) 1. Uca coarctata √ - - - - 2. Uca rosea √ √ - - - 3. Uca dussumieri √ √ √ √ √ 4. Uca forcipata √ √ √ √ √ 5. Uca annulipes - - √ √ - 6. Uca vocans - - √ - - Keterangan : (√) = terdapat individu, (-) = tidak terdapat individu 4.2.2. Analisis Indeks Keanekaragaman Kepiting Uca spp. Nilai indeks keanekaragaman jenis menunjukkan tingkat keanekaragaman kepiting Uca spp. yang ada di masing-masing stasiun penelitian. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu pada stasiun 2 dan nilai indeks keanekaragaman jenis terendah yaitu pada st
Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Desa Muara Seberang, Keanekaragaman, Kepiting Uca spp., dan Mangrove |
Subjects: | L Education > L Education (General) L Education > LA History of education |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Biologi |
Depositing User: | RAHMAWATI |
Date Deposited: | 18 Nov 2022 06:58 |
Last Modified: | 18 Nov 2022 06:58 |
URI: | https://repository.unja.ac.id/id/eprint/41035 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |