Harahap, Halyzahyani (2023) Sifat Pengerjaan Kayu Medang Kuning (Litsea Firma Hook P) Kayu Merawan (Hopea Mengarawan Miq) Dan Kayu Sungkai (Peronema Cenescens Jack). S1 thesis, Universitas Jambi.
Text
FULL SKRIPSI.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
|
Text
COVER.pdf Download (207kB) |
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (42kB) |
|
Text
LEMBARAN PENGESAHAN.pdf Download (1MB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (129kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (29kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (82kB) |
Abstract
ABSTRAK Pengerjaan kayu menjadi bahan bangunan, furniture dan alat-alat rumah tangga terdapat beberapa kendala salah satunya adalah cacat kayu yang dapat mengurangi kualitas pada produksi mebel, terdapat beberapa cacat pertukangan yaitu serat bulu halus, serat patah, bekas serpihan, goresan, kehalusan/kelicinan kayu, bekas sobek dan bagian yang tidak remuk. Cacat ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain peralatan kerja yang digunakan, kualitas kayu yang kurang baik dan secara teknis cacat kayu ini dapat terjadi juga karena disebabkan oleh tehnik pengerjaanya (Utama, 2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai cacat pengerjaan pada kayu medang kuning (Litsea firma Hook P), kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) dan kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) dalam proses sifat pengerjaan kayu. Bermamfaat diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, pemerintah dan pihak swasta seperti tempat bangsal kayu bahwa pentingnya untuk mengetahui nilai cacat kayu pada saat pengerjaan kayu sebagai bahan baku untuk industri mebel, furniture, kayu kontruksi, bahan bangunan, maupun produk-produk kayu lainnya untuk mendapatkan produk yang bernilai. Pelaksanaasn penelitian ini dilakukan dengan : persiapan kayu, pemotongan dengan mesin circular, penyerutan, pengeboran, pengamplasan, pemahatan. Metode penelitian ini berdasarkan pada ASTM (American Standar Testing and Material) D-16666-87 (1999) yang kondisi bahan dan peralatan telah tersedia, contoh uji setiap jenis kayu berbentuk papan berukuran p x l x t: 120 cm x 12,5 cm x 3 cm sebanyak 1 papan pada tiap jenis kayu. Dengan melakukan 3 kali pengulangan. Rata-rata kadar air kering udara pada kayu medang kuning (Litsea firma Hook P) yaitu sebesar 19,9%, untuk pengujian kadar air kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) memiliki rata-rata kadar air sebesar 15,29% dan pada kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) mendapatkan hasil rata-rata kadar air sebesar 17,61.%. Kadar air pada ketiga jenis kayu ini memiliki kadar air yang tidak berbeda jauh dan kadar air kering udara tersebut berada dalam kisaran umum dari kondisi kadar air indonesia. Hasil yang didapatkan dalam penelitian sifat pengerjaan kayu medang kuning (Litsea firma Hook P), kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) dan kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) ini bahwa pengujian pada ke 3 jenis sampel kayu medang kuning (Litsea firma Hook P) memiliki rata-rata berat jenis sebesar 0,41, kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) berat jenis sebesar 0,49, serta pada kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) mendapatkan rata-rata berat jenis sebesar 0,53. Hasil dari pemotongan kayu medang kuning (Litsea firma Hook P) masuk kedalam kelas pengerjaan kayu II (Baik), kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) masuk kedalam kelas pengerjaan kayu III (Sedang) dan untuk jenis kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) masuk kedalam kelas pengerjaan kayu III (Sedang). Pengujian pada jenis kayu medang kuning (Litsea firma Hook P) dengan rata-rata cacat kayu yaitu 46,3%, sehinnga sampel tersebut termasuk kedalam kelas pengerjaan III (Sedang), Kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) dengan rata-rata cacat kayu yaitu 17,6%, sehinnga sampel tersebut termasuk kedalam kelas pengerjaan I (Sangat Baik), Pengujian pada jenis kayu medang kuning (Litsea firma Hook P) terdapat cacat jenis serat bulu halus memiliki nilai rata-rata cacat kayu sebesar 35,3% masuk kedalam kelas pengerjaan kayu II (Baik), kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) memiliki nilai rata-rata cacat kayu sebesar 21% masuk kedalam kelas pengerjaan kayu II (Baik), an kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) memiliki nilai rata-rata cacat kayu sebesar 11,3% masuk kedalam kelas pengerjaan kayu I (Sangat Baik). Cacat yang diamati dalam pengamplasan kayu adalah cacat serat bulu halus. Pengujian pada jenis kayu medang kuning (Litsea firma Hook P) terdapat cacat jenis serat bulu halus memiliki nilai rata-rata cacat kayu sebesar 52,3% masuk kedalam kelas pengerjaan kayu III (Sedang), kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) memiliki nilai rata-rata cacat kayu sebesar 30,9% sehingga sampel tersebut masuk kedalam kelas pengerjaan kayu II (Baik), dan kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) memiliki nilai rata-rata cacat kayu sebesar 0% sehingga sampel tersebut masuk kedalam kelas pengerjaan kayu I (Sangat Baik). Pengujian pada pemahatan yaitu melihat cacat bagian yang hancur. Dari seluh ketiga jenis sampel kayu medang kuning (Litsea firma Hook P), kayu merawan (Hopea mengarawan Miq) dan kayu sungkai (Peronema cenescens Jack) memiliki jenis cacat bagian yang hancur sama rata yaitu 6, dengan persentase yang sama yaitu 100% dan memiliki rata-rata cacat kayu 100%, sehingga ketiga jenis sampel kayu tersebut tergolong dalam kelas pengerjaan kayu V (Sangat Jelek). ABSTRACT In the processing of wood into building materials, furniture and household appliances, there are several obstacles, one of which is wood defects which can reduce the quality of furniture production. , tear marks and parts that are not crushed. This defect can be caused by several factors, including the work equipment used, poor quality wood and technically this wood defect can also occur because it is caused by the processing technique (Utama, 2016). The purpose of this study was to determine the defects in medang kuning (Litsea firma Hook P), merawan (Hopea mengarawan Miq) and sungkai (Peronema cenescens Jack) wood in the process of woodworking properties. It is hoped that it will be able to provide information to the public, government and private parties such as wood warehouses that it is important to know the value of wood defects when working on wood as a raw material for the furniture industry, furniture, construction wood, building materials, and other wood products to get valuable product. The implementation of this research was carried out by: wood preparation, cutting with a circular machine, planing, drilling, sanding, chiseling. This research method is based on ASTM (American Standard Testing and Materials) D-16666-87 (1999) in which materials and equipment are available, test samples for each type of wood in the form of a board measuring px x l x h: 120 cm x 12.5 cm x 3 cm 1 board of each type of wood. By doing 3 repetitions. The average air-dry moisture content in medang kuning (Litsea firma Hook P) is 19.9%, for testing the moisture content of Merawan wood (Hopea mengarawan Miq) it has an average moisture content of 15.29% and in Sungkai wood (Peronema cenescens Jack) obtained an average moisture content of 17.61%. The moisture content of these three types of wood does not differ much and the air dry moisture content is within the general range of Indonesian moisture content conditions. The results obtained in the study of the workability of yellow medang wood (Litsea firma Hook P), merawan wood (Hopea mengarawan Miq) and Sungkai wood (Peronema cenescens Jack) show that testing on the 3 types of yellow medang wood samples (Litsea firma Hook P) has the average specific gravity is 0.41, for merawan wood (Hopea mengarawan Miq) for specific gravity is 0.49, and for Sungkai wood (Peronema cenescens Jack) it gets an average specific gravity of 0.53. The results of cutting the yellow medang wood (Litsea firma Hook P) are included in the woodworking class II (Good), Merawan wood (Hopea mengarawan Miq) is included in the III woodworking class (Medium) and for the sungkai wood type (Peronema cenescens Jack) it is included in the wood working class III (Medium). Tests on the type of wood medang kuning (Litsea firma Hook P) with an average wood defect of 46.3%, so that the sample belongs to the working class III (Medium), Merawan wood (Hopea mengarawan Miq) with an average wood defect of 17.6%, so that the sample is included in workmanship class I (Very Good). Tests on the type of yellow medang wood (Litsea firma Hook P) there are defects in the type of fine hair fiber having an average value of wood defects of 35.3% entering into woodworking class II (Good), Merawan wood (Hopea mengarawan Miq) has an average value of wood defects of 21% entering into woodworking class II (Good), and Sungkai wood (Peronema cenescens Jack) has an average wood defect value 11.3% entered into woodworking class I (Very Good). The defects observed in wood sanding are fine hair fiber defects. Tests on the type of yellow medang wood (Litsea firma Hook P) found fine fiber fiber defects with an average value of 52.3% wood defects included in the wood working class III (Medium), merawan wood (Hopea mengarawan Miq) had an average value -the average wood defect is 30.9% so that the sample is included in the woodworking class II (Good), and Sungkai wood (Peronema cenescens Jack) has an average wood defect value of 0% so that the sample is included in the woodworking class I ( Very good). Testing on sculpting is looking at the defects of the destroyed part. Of all the three types of wood samples, medang kuning (Litsea firma Hook P), merawan wood (Hopea mengarawan Miq) and sungkai wood (Peronema cenescens Jack) have the same type of defects in the crushed parts, namely 6, with the same percentage of 100% and have the average wood defect is 100%, so that the three types of wood samples are classified as V (Very Poor) woodworking class.
Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | woodworking, Medang kuning |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Kehutanan |
Depositing User: | HARAHAP |
Date Deposited: | 14 Jul 2023 08:07 |
Last Modified: | 14 Jul 2023 08:07 |
URI: | https://repository.unja.ac.id/id/eprint/53340 |
Actions (login required)
View Item |