STUDI TINGGI MUKA AIR TANAH DAN KARAKTERISTIK GAMBUT PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Nainggolan, Heri (2024) STUDI TINGGI MUKA AIR TANAH DAN KARAKTERISTIK GAMBUT PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. S1 thesis, Universitas Jambi.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (77kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (101kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (46kB)
[img] Text
COVER.pdf

Download (32kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (119kB)
[img] Text
FULL SKRIPSI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)
[img] Text
HALAMAN PENGESAHAN.pdf

Download (109kB)
Official URL: https://repository.unja.ac.id/

Abstract

STUDI TINGGI MUKA AIR TANAH DAN KARAKTERISTIK GAMBUT PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR (Heri Tulus Nainggolan di bawah bimbingan Dr. Ir. Asmadi Sa’ad, M.Si. dan Ir. Zurhalena, M.P.). Gambut adalah tanah organik yang terbentuk secara alami dari sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna pada ketebalan 55 cm atau lebih dan terakumulasi pada daerah rawa, hutan gambut yang masih alami berperan sebagai penyerap gas CO2 dan menyimpan cadangan air. Tanah gambut yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit akan meyebabkan perubahan pada sifat fisik maupun kimia tanah. Berbeda dengan hutan rawa sekunder yang tanpa adanya saluran drainase, pada lahan perkebunan kelapa sawit pembuatan drainase berukuran lebar 2-3 m dengan kedalaman 2-4 meter lebih yang dapat membuat lahan gambut cepat mengering dan terjadi pengeringan berlebih (over drying). Pengelolaan sistem tata air yang diterapkan antara perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan berbeda-beda. Perkebunan kelapa sawit milik perusahaan dalam pembuatan kanal lebih memperhatikan tinggi muka air dan pembuatan sekat kanal. Kanal yang cukup besar terdapat pada sisi luar blok kebun sedangkan parit cacing terdapat pada antar gawangan dan ukurannya lebih kecil. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pematang Rahim Kecamatan Mendahara Ulu dan Desa Pandan Lagan Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Sampel tanah dianalisis di Laboratorium Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan. Penentuan titik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling (penentuan plot penelitian secara sengaja yang dianggap representative) yang diterapkan pada hutan rawa sekunder, perkebunan sawit milik perusahaan swasta, dan perkebunan sawit milik masyarakat yang dibuat berbentuk transek dengan jarak antar titik 100 meter dengan titik awal berjarak 50 meter dari kanal atau batas penggunaan lahan. Jumlah titik sampel dan pengamatan TMAT berjumlah 12 titik. Parameter utama penelitian meliputi ketebalan gambut (pengukuran), TMAT (pengukuran), curah hujan (pengukuran), kadar serat dan kematangan gambut (metode Mc Kinzi), bobot volume (metode gravimetric), C-organik (metode los of ignition). Data hasil pengukuran di lapangan seperti ketebalan, TMAT, dan curah hujan ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel. Data laboratorium yang didapatkan yaitu nilai kadar serat berkisar antara 8,57%-81,82%, bobot volume berkisar 0,09-0,45 g/cm3, dan C-organik berkisar 24,36%-59,30%. Pada pengukuran TMAT dipengaruhi oleh naiknya curah hujan dan saluran drainase. Pengamatan curah hujan tertinggi terjadi pada pengukuran pertama dengan curah hujan 155 mm dan TMAT titik H, A, B, C masing-masing 25 cm, -28 cm, -32,17 cm, 28 cm. Pengamatan curah hujan terendah terjadi pada pengukuran ke-4 dengan curah hujan 33,1 mm dan TMAT titik H, A, B, C masing-masing 18,33 cm, -34,17 cm, 47,83 cm, 1,12 cm. Pengamatan TMAT pada titik H selalu bernilai positif atau di atas permukaan tanah yaitu 18,33 cm sampai 25 cm. pada titik B merupakan TMAT yang paling dalam yaitu -47,83 cm sampai -32,17 cm, yang disebabkan oleh adanya saluran drainase/ kanal primer, sekunder, dan tersier pada kebun tersebut. Kadar serat tanah gambut di lokasi penelitian pada kematangan saprik 8,57% - 14,70%, hemik 18,42% - 55,17, dan fibrik 75,00% - 81,82%. Kadar serat pada kematangan fibrik sangat mendominasi pada penggunaan lahan hutan rawa sekunder yaitu pada kedalaman 80-180cm dengan nilai 76,00% - 81,82%. Kandungan serat pada lapisan 0-20 cm pada setiap penggunaan lahan cenderung lebih rendah dibandingkan kadar serat pada lapisan di bawahnya. Hal ini dikaitkan dengan tinggi muka air terutama pada perkebunan kelapa sawit yang hampir setiap wakunya berada di bawah permukaan tanah. Adanya hubungan yang terjadi antara kadar serat dengan tinggi muka air, dimana semakin terjaganya tinggi muka air sejalan dengan tingginya kadar serat. hubungan antara kadar serat dengan C-organik pada setiap penggunaan lahan yaitu 0,5% (kuat). Hal ini terjadi karena tingkat nilai kadar serat yang menggambarkan tingkat kematangan pada setiap lahan mempengaruhi nilai C-organik.

Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Tanah gambut, penggunaan lahan, tinggi muka air tanah (TMAT)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: NAINGGOLAN
Date Deposited: 16 Feb 2024 07:15
Last Modified: 18 Jul 2024 02:19
URI: https://repository.unja.ac.id/id/eprint/61324

Actions (login required)

View Item View Item