Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Lanjutan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Balangeran (Shorea balangeran) Di Lahan Gambut Londerang

Pakpahan, Rahmat (2024) Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Lanjutan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Balangeran (Shorea balangeran) Di Lahan Gambut Londerang. S1 thesis, Universitas Jambi.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (91kB)
[img] Text
BAB I (3).pdf

Download (101kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (30kB)
[img] Text
COVER.pdf

Download (57kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA (2).pdf

Download (107kB)
[img] Text
FULL SKRIPSI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)
[img] Text
HALAMAN PENGESAHAN.pdf

Download (643kB)
Official URL: https://repository.unja.ac.id/

Abstract

Indonesia memiliki lahan gambut terluas di dunia tropis, mencakup 21 juta hektar atau 10,80% dari total daratan, tersebar di Sumatera, Kalimantan, Papua, serta sebagian kecil di Sulawesi, Halmahera, dan Seram. Sumatera merupakan wilayah dengan lahan gambut terluas, dengan Provinsi Jambi berada di urutan ketiga setelah Riau dan Sumatera Selatan. Lahan gambut memiliki fungsi hidrologi dan ekologi penting, namun kini terdegradasi akibat kebakaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan, penebangan hutan, dan pembangunan infrastruktur. Kebakaran ini menyebabkan hilangnya unsur hara, degradasi lahan, dan kondisi tanah yang tidak subur sehingga lahan sulit mendukung pertumbuhan tanaman. Pemulihan lahan pasca kebakaran memerlukan upaya rehabilitasi untuk meningkatkan produktivitasnya. Salah satu cara yang digunakan adalah pemupukan NPK, yang telah terbukti efektif dalam mendukung pertumbuhan tanaman pada tanah gambut yang miskin hara. Penelitian ini dilakukan di lahan gambut yang dikelola oleh Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC) di Hutan Lindung Gambut Londerang. Lokasi ini dipilih karena kondisi lahan yang telah mengalami kebakaran, sehingga membutuhkan intervensi berupa pemupukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman balangeran (Shorea balangeran). Tanaman balangeran merupakan spesies yang adaptif terhadap lahan gambut dan memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem. Pemberian pupuk NPK pada tanaman ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasnya. Selain itu, teknik pengelolaan seperti pembuatan guludan diterapkan untuk mengatasi tantangan banjir dan genangan di lahan gambut pasca kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ditentukannya dosis optimal pupuk NPK lanjutan yang dapat digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman balangeran (Shorea balangeran) di lahan gambut. Penelitian ini dilaksanakan di HLG Londerang, Provinsi Jambi, Indonesia, dari Mei 2023 hingga Januari 2024. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal berupa pemberian pupuk NPK lanjutan pada lima taraf dosis (180–260 gram/lubang tanam) dengan lima ulangan. Sebanyak 125 bibit balangeran (Shorea balangeran) ditanam dalam 25 petak percobaan. Pelaksanaan penelitian meliputi pembuatan tapak timbun, pemberian pupuk NPK lanjutan, dan pemeliharaan tanaman, seperti penyulaman, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun, yang diukur secara berkala setiap dua minggu. Data pendukung berupa suhu, kelembapan udara, dan pH tanah juga dikumpulkan. Analisis data dilakukan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikansi 5% untuk mengevaluasi perbedaan antarperlakuan. Penelitian ini bertujuan menentukan dosis optimal pupuk NPK lanjutan untuk mendukung pertumbuhan tanaman balangeran di lahan gambut. Hasil analisis ragam (ANOVA) pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK lanjutan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa parameter pertumbuhan tanaman Balangeran (Shorea balangeran), yakni tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Berdasarkan hasil uji F, nilai F hitung untuk ketiga variabel tersebut lebih kecil dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5%, yang menandakan bahwa pemberian pupuk NPK lanjutan tidak memengaruhi pertumbuhan tanaman secara signifikan. Terdapat variasi dalam hasil pertumbuhan antar perlakuan. Pada variabel tinggi tanaman, perlakuan M1 (pemberian pupuk dengan dosis pertama) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi, yakni 46,36 cm, diikuti oleh perlakuan M2 dengan 46,32 cm, dan M4 dengan 46,16 cm. Sebaliknya, perlakuan M5 (pemberian pupuk dengan dosis kelima) mencatatkan tinggi terendah, yaitu 45,04 cm. Untuk variabel diameter batang, perlakuan M3 (pemberian pupuk dengan dosis ketiga) menunjukkan hasil terbaik dengan diameter 5,85 mm, namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan lainnya. Sama halnya pada jumlah daun, perlakuan M1 menghasilkan jumlah daun tertinggi dengan 48,68 helai, namun perbedaan antara perlakuan tersebut tidak signifikan. Dengan demikian, terdapat perbedaan dalam hasil pertumbuhan tanaman Balangeran di antara perlakuan yang diberikan, namun pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap variabel-variabel pertumbuhan yang diukur tidak signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lain selain pupuk NPK dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman Balangeran pada penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut DMRT, pemberian pupuk NPK sebanyak 220 gram per lubang tanam pada tanaman Balangeran (Shorea balangeran) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, meskipun terjadi peningkatan tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun pada semua perlakuan. Peningkatan tersebut tidak signifikan secara statistik pada taraf 5%, yang mengindikasikan bahwa dosis pupuk NPK yang digunakan belum mampu memberikan dampak nyata terhadap pertumbuhan. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal, disarankan pemberian dolomit setelah penanaman guna meningkatkan pH tanah, sehingga penyerapan pupuk NPK dapat berjalan lebih baik dan mendukung pertumbuhan tanaman Balangeran di lahan bekas gambut terbakar, seperti di HLG Londerang. Indonesia has the largest peatland area in the tropical world, covering 21 million hectares or 10.80% of the total land area, distributed across Sumatra, Kalimantan, Papua, and small portions of Sulawesi, Halmahera, and Seram. Sumatra has the most extensive peatland area, with Jambi Province ranking third after Riau and South Sumatra. Peatlands serve critical hydrological and ecological functions; however, they have been degraded due to fires caused by human activities such as land clearing, logging, and infrastructure development. These fires result in nutrient loss, land degradation, and reduced soil fertility, making it difficult for vegetation to grow. Post-fire land restoration requires rehabilitation efforts to enhance its productivity. One commonly used approach is the application of NPK fertilizer, which has been proven effective in supporting plant growth in nutrient-poor peat soils. This study was conducted on peatlands managed by the Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC) in the Londerang Peat Protection Forest. This location was selected due to prior fire incidents, necessitating fertilization interventions to support the growth of Shorea balangeran (Balangeran) seedlings. Shorea balangeran is a peatland-adaptive species that plays a vital role in maintaining the ecosystem. The application of NPK fertilizer is expected to improve its growth and productivity. Additionally, management techniques such as mound construction were implemented to address post-fire peatland challenges, including flooding and waterlogging. The objective of this study was to determine the optimal follow-up NPK fertilizer dosage to enhance the growth of Shorea balangeran in peatland environments. The research was conducted at HLG Londerang, Jambi Province, Indonesia, from May 2023 to January 2024, employing a Randomized Complete Block Design (RCBD) with a single-factor treatment consisting of follow-up NPK fertilizer application at five dosage levels (180–260 grams per planting hole) with five replications. A total of 125 Shorea balangeran seedlings were planted in 25 experimental plots. The research activities included mound preparation, follow-up NPK fertilization, and plant maintenance, such as replanting, weeding, and pest and disease control. The observed variables included plant height, stem diameter, and leaf count, which were measured biweekly. Supporting data, including temperature, air humidity, and soil pH, were also recorded. Data analysis was performed using Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at a 5% significance level to evaluate differences between treatments. This study aimed to determine the optimal follow-up NPK fertilizer dosage to support the growth of Shorea balangeran in peatland environments. The results of the analysis of variance (ANOVA) in this study indicated that the application of follow-up NPK fertilizer did not have a significant effect on several growth parameters of Shorea balangeran, including plant height, stem diameter, and leaf count. Based on the F-test results, the calculated F-values for all three variables were lower than the critical F-value at a 5% significance level, indicating that follow-up NPK fertilization did not significantly influence plant growth. Variation in growth results was observed among treatments. For plant height, treatment M1 (the first dosage level) resulted in the highest mean height of 46.36 cm, followed by M2 at 46.32 cm and M4 at 46.16 cm. Conversely, treatment M5 (the highest dosage level) recorded the lowest height at 45.04 cm. Regarding stem diameter, treatment M3 (the third dosage level) yielded the best result with a mean diameter of 5.85 mm; however, there was no statistically significant difference among treatments. Similarly, for leaf count, treatment M1 produced the highest number of leaves at 48.68, but the differences between treatments were not significant. Thus, although variations in growth responses were observed, the effect of NPK fertilizer application on the measured growth parameters was not statistically significant at the 5% significance level. This suggests that factors other than NPK fertilization may have influenced the growth of Shorea balangeran in this study. Based on the results of ANOVA and DMRT post-hoc analysis, the application of 220 grams of NPK fertilizer per planting hole did not produce a significant effect on plant growth, despite slight increases in plant height, stem diameter, and leaf count across all treatments. These increases were not statistically significant at the 5% level, indicating that the applied NPK dosage was insufficient to produce a measurable impact on growth. To optimize plant growth, it is recommended to apply dolomite after planting to improve soil pH, thereby enhancing NPK fertilizer absorption and supporting the growth of Shorea balangeran in post-burn peatlands, such as those in HLG Londerang.

Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Pupuk NPK Lanjutan, Pertumbuhan Shorea balangeran, Lahan Gambut Terbakar
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Pertanian > Kehutanan
Depositing User: RAHMAT PAKPAHAN
Date Deposited: 06 Mar 2025 07:03
Last Modified: 06 Mar 2025 07:03
URI: https://repository.unja.ac.id/id/eprint/75767

Actions (login required)

View Item View Item