MAKNA SIMBOLIK DALAM ANTOLOGI PUISI WAKTU YANG TEPAT UNTUK MELUPAKAN WAKTU KARYA M. AAN MANSYUR

Rosanti, Nurmala (2023) MAKNA SIMBOLIK DALAM ANTOLOGI PUISI WAKTU YANG TEPAT UNTUK MELUPAKAN WAKTU KARYA M. AAN MANSYUR. S1 thesis, Universitas Jambi.

[img] Text
COVER.pdf

Download (593kB)
[img] Text
HALAMAN PENGESAHAN.pdf

Download (1MB)
[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (463kB)
[img] Text
DAFTAR ISI.pdf

Download (440kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (636kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (570kB)
[img] Text
SKRIPSI FULL_compressed.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (622kB)
Official URL: https://repository.unja.ac.id/

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis makna simbolik yang terdapat pada antologi Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu karya M. Aan Mansyur. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dan sumber data dalam penelitian ini kumpulan kata, frasa, kalimat, atau ungkapan yang mengandung makna simbolik. Sumber data penelitian ini adalah kumpulan puisi Waktu Yang Tepat Untuk Melupakan Waktu yang ditulis oleh M. Aan Mansyur terbitan Shira Media tahun 2021, total 99 halaman. Teknik analisis data dilakukan dengan cara menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diklasifikasikan sesuai dengan masalah penelitian; menarik kesimpulan akhir dari penelitian; presentasi hasil penelitian. Dari data yang diperoleh, hasil penelitian menemukan bentuk simbol yaitu: (1) simbol perjuangan, yaitu: “cinta belum mati!”; “yang tumbang bangkit, yang bangkit menyeka segala rasa sakit”; “matahari terbit ialah pengumuman haru baru, pertempuran baru”; “kami adalah musuh kematian”; (2) simbol kesedihan, yaitu: “melihat cinta dimakamkan”; “jutaan anak kunci berjatuhan dari angkasa”; “hujan patah, terbelah”; “menangis seperti gadis kecil”; “tanpa perlu payung. tanpa perlu hujan atau gerimis; tanpa perlu rasa malu”; “bayangan atap hujan yang lebih jernih dari ketiadaan”; “pohon sekarat”; “sumur yang dalam”; “negara adalah kendaraan yang melaju tinggi menabrak motor ibumu, melemparkan tubuh ibumu ke tiang listrik, & seorang polisi keluar dari mobil berteriak: kau cari mati, ya?”; “tangis pohon”; “ciuman terakhir yang tidak pernah berakhir”; (3) simbol kebahagian, yaitu: “jagat raya akan mekar seperti bunga-bunga”; “di mana jalan-jalan penuh bunga”; “ikan warna-warni berenang di udara terbuka & burung-burung melayang di bawah permukaan samudra yang warnanya selalu baru”; “cinta nol kilometer dari nama-nama, nol kilometer dari mana-mana”; “kau dan cuaca alangkah indah”; “dia tertawa & tertawa & tertawa selama sisa keabadian”; (4) simbol kesederhanaan, yaitu: “telur dadar, nasi goreng dari sisa semalam, air tanpa pewarna”; (5) simbol harapan, yaitu: “mengubah malam jadi api, getar gema tawanya meringankan batu hidup di bahu kami”; “cahaya adalah mata kami kembali”; (6) simbol kedamaian, yaitu: “ciptakan waktu luang & jadilah telaga”; “perih asap pulang ke jatung nyala. api pulang ke hangat darah”; (7) simbol kekerasan, yaitu: “tubuh kami dipaksa jadi tanah negara”; “lidah kami dipaksa memanjatkan doa yang akan mencelakai kami”; (8) simbol keserakahan, yaitu: “memakan habis hutan kami dan meminum habis sungai kami”; “datang orang-orang itu membabat hutan sagu”; “kemarukan datang merebut tanah yang tersisa”; (9) simbol kekejaman, yaitu: “orang-orang kota memotretnya membingkainya & memasung bangkainya di dinding dapur & di meja antic”; “kepada mayat perempuan muda yang kepalanya pecah kena peluru negara”; (10) simbol ikhlas, yaitu: “jatuh sebagai hujan yang telah menerima dirinya tak terjemahkan”; “kemiskinan telah membuat mereka mengambil seluruh milik kami & kami tidak kehilangan apa-apa”; (11) simbol keputusasaan, yaitu: “senja”; “mimpi bukan lagi hal paling besar yang kami miliki”; “ombaknya tidak pernah berhasil menemukan apa yang ia inginkan”; (12) simbol ketidakadilan, yaitu: “maaf, jaringan diblokir di sini”; “burung-burung sudah lama berhenti bernyayi; sekarang mereka berteriak, mereka protes kepada bising suara mesin”; “di mana negara & agama bukan remot kontrol”; (13) simbol kenangan, yaitu: “burung-burung”; (14) simbol ketidakberdayaan, yaitu: “tidak memiliki tangan lain menggenggam tangan mereka yang melambai gemetar di hadapan maut”. Simpulan dari penelitian ini adalah makna simbolik yang ditemukan sangat beragam yaitu: (1) simbol perjuangan; (2) simbol kesedihan; (3) simbol kebahagian; (4) simbol kesederhanaan; (5) simbol harapan; (6) simbol kedamaian; (7) simbol kekerasan; (8) simbol keserakahan; (9) simbol kekejaman; (10) simbol Ikhlas; (11) simbol keputusasaan; (12) simbol ketidakadilan; (13) simbol kenangan; (14) simbol ketidakberdayaan.

Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: puisi, simbol, makna, dan semiotika
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Sasra Indonesia
Depositing User: Rosanti
Date Deposited: 13 Jun 2023 04:38
Last Modified: 13 Jun 2023 04:38
URI: https://repository.unja.ac.id/id/eprint/49983

Actions (login required)

View Item View Item