Devi Syahwali, Fisabillah (2025) Studi Komparatif Tari Silampari Kayangan Tinggi dan Tari Sambut Silampari Kabupaten Musirawas Provinsi Sumatra Selatan. S1 thesis, Universitas Jambi.
![]() |
Text
ABSTRAK.pdf Download (182kB) |
![]() |
Text
BAB 1.pdf Download (905kB) |
![]() |
Text
BAB IV.pdf Download (280kB) |
![]() |
Text
cover.pdf Download (196kB) |
![]() |
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (198kB) |
![]() |
Text
20250623131308phpUuF1zm.pdf Download (182kB) |
![]() |
Text
CETAK SKRIPSI 23 JUNI.pdf Restricted to Repository staff only Download (4MB) |
Abstract
Tari Silampari diciptakan oleh Suryaningsih di Kabupaten Musirawas pada tahun 1992 dan direkrontuksi ulag oleh Zuchdi Juned pada tahun 2013, Musirawas dan Lubuklinggau awalnya adalah daerah yang masih menjadi satu lalu pada tahun 2001 Lubuklinggau resmi berpisah dari daerah Musirawas, Lubuklinggau menciptakan Tari Silampari sendiri yang diciptakan oleh Darwisdi dan Sari bengen pada tahun 2013, kedua tarian ini berasal dari cerita rakyat yaitu adannya seorang peri yang amat sangat cantik dan anggun, tarian ini merupakan tarian penyambut tamu yang ditarikan oleh penari laki-laki dan penari perempuan. menggunakan teori Komparatif Nazir ( 2003: 58), Teori Etnokoreologi serta Teori Estetika Lingga Agung. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan menggunakan Pendekatan Deskriftif dengan objek Tari Silampari dari Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musirawas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Hasil penelitian ini dapat mengetahui persamaan dan perbedaan Bentuk dan nilai estetika Tari Silampari Kayangan Tinggi dan Tari Sambut Silampari dari segi gerak, pola lantai, rias, kostum, properti, dan musik iringan. The Silampari Dance was created by Suryaningsih in Musirawas Regency in 1992 and reconstructed again by Zuchdi Juned in 2013, Musirawas and Lubuklinggau were originally areas that were still one then in 2001 Lubuklinggau officially separated from the Musirawas area, Lubuklinggau created its own Silampari Dance which was created by Darwisdi and Sari Bengen in 2013, both This dance comes from folklore, namely the existence of a very beautiful and graceful fairy. This dance is a dance to welcome guests danced by male dancers and female dancers. using Nazir's Comparative theory (2003: 58), Ethnochoreological Theory and the Great Lingga Aesthetic Theory. This research is qualitative research using a descriptive approach with the object of the Silampari dance from Lubuklinggau City and Musirawas Regency. Data collection techniques were carried out by means of observation, interviews, documentation and data analysis. The results of this research can determine the similarities and differences in the forms and aesthetic values of the Silampari Kayangan Tinggi Dance and the Sambut Silampari Dance in terms of movement, floor patterns, make-up, costumes, props and musical accompaniment.
Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tari Silampari Kayangan Tinggi, Tari Sambut Silampari, Lubuklinggau, Musirawas. |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Seni Drama Tari dan Musik |
Depositing User: | SYAHWALI |
Date Deposited: | 26 Jun 2025 06:37 |
Last Modified: | 26 Jun 2025 06:37 |
URI: | https://repository.unja.ac.id/id/eprint/80525 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |