ANALISIS STRUKTUR NAFKAH ANGGOTA PENGELOLA HUTAN ADAT TITIAN TERAS DI DESA DEMANG KABUPATEN SAROLANGUN

Islahunnufus, Tamara (2024) ANALISIS STRUKTUR NAFKAH ANGGOTA PENGELOLA HUTAN ADAT TITIAN TERAS DI DESA DEMANG KABUPATEN SAROLANGUN. S1 thesis, Universitas Jambi.

	Text ABSTRAK.pdf Download (17kB)
	Text BAB I.pdf Download (90kB)
	Text BAB V.pdf Download (29kB)
	Text COVER.pdf Download (55kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (95kB)
	Text FULL SKRIPSI.pdf Restricted to Repository staff only Download (6MB)
	Text HALAMAN PENGESAHAN.pdf Download (527kB)

Abstract

Program perhutanan sosial pertama kali diamanatkan dalam Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan hutan adalah sebesar-besar kemakmuran rakyat (manfaat optimal) yang berkeadilan dan berkelanjutan (Sustainable). Ada lima skema yang digunakan untuk melaksanakan Program Perhutanan Sosial: Hutan Desa (HD), Hutan Adat (HA), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan dan Kemitraan. Adanya program perhutanan sosial di Desa Demang dengan skema hutan adat menjadi salah satu strategi nafkah yang dimiliki oleh masyarakat. Sumber daya alam yang ada di hutan adat titian teras dapat dimanfaatkan oleh masyarakat hal tersebut merupakan salah satu akses atau modal untuk melakukan penerapan startegi nafkah. Tingginya partisipasi masyarakat salah satunya di Desa Demang terhadap perhutanan sosial Sarolangun dengan rata-rata nilai 3.51 merupakan dampak positif terhadap pendapatan. Adapun komponen tingkat partisipasi masyarakat pada setiap pengelolaan perhutanan sosial yaitu perencanaan, perlindungan, pemanfaatan dan evaluasi. Hal tersebut akan menjadi salah satu penerapan strategi nafkah yang dilakukan oleh anggota pengelola hutan adat dan kemudian akan diketahui struktur nafkah berdasarkan sumber-sumber nafkah anggota pengelola hutan adat titian teras. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeanalisis struktur nafkah anggota pengelola hutan adat Titian Teras dan menganalisis kontribusi hutan adat Titian Teras terhadap pendapatan pengelola. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode gabungan antara metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif merupakan analisis yang digunakan untuk melihat total pendapatan dan kontribusi dari pemanfaatan Hutan Adat Titian Teras terhadap masyarakat Desa Demang, sedangkan analisis data kualitatif untuk mendeskripsikannya serta memperkuat hasil data kuantitatif menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara terstruktur, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menujukkan bahwa struktur nafkah masyarakat yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan dalam pengelolaan hutan adat yang terletak di Desa Demang Dusun Kampung Pondok Kecamatan Limun Kabupaten Ssarolangun terhadap total pendapatan on-farm income Rp. 397.770.950/tahun, off farm income Rp. 131.948.700/tahun, dan non-farm income Rp. 1.636.674.000/tahun. Dengan total pendapatan keseluruhan struktur nafkah rumah tangga yaitu Rp. 2.166.393.650/tahun dengan rata-rata Rp. 180.601.129/Tahun. Jika diartikan bahwa struktur nahkah yang diperoleh dari aktivitas rumah tangga bukan berasal dari hutan adat tetapi dari mata pencaharian utama masyarakat yang melakukan aktivitas perkebunan dan pertanian serta di luar pertanian. Sementara untuk total pendapatan dalam kawasan hutan adat yaitu Rp. 8.310.400/Tahun dengan rata-rata Rp. 692.533/Tahun. Sedangkan kontribusi hutan adat terhadap total pendapatan rumahtangga anggota pengelola hutan adat 0,3821% dimana pendapatan tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan dengan peminat yang masih sangat kecil dan baru (Agustus - Desember 2023). The social forestry program was first mandated in Forestry Law Number 41 of 1999 which states that the aim of forest management is the greatest prosperity of the people (optimal benefits) that is just and sustainable (Sustainable). There are five schemes used to implement the Social Forestry Program: Village Forest (HD), Customary Forest (HA), Community Plantation Forest (HTR), Community Forest and Partnership. The existence of a social forestry program in Demang Village with a customary forest scheme is one of the community's livelihood strategies. The natural resources in the Titian Terrace customary forest can be utilized by the community, this is one form of access or capital to implement livelihood strategies. The high level of community participation, one of which is in Demang Village, towards Sarolangun social forestry with an average score of 3.51 is a positive impact on income. The components of the level of community participation in each Social Forestry management are planning, protection, utilization and evaluation. This will be one of the implementation of livelihood strategies carried out by members of traditional forest management and then the livelihood structure will be known based on the sources of livelihood of members of Titian Terrace traditional forest management. The aim of this research is to analyze the livelihood structure of members of the Titian Teras traditional forest management and analyze the contribution of the Titian Teras traditional forest to the manager's income. The method used in this research is a combined method of quantitative and qualitative analysis methods. Quantitative data analysis is an analysis used to see the total income and contribution from the use of the Titian Teras Customary Forest to the people of Demang Village, while qualitative data analysis is used to describe and strengthen the quantitative data results using data collection techniques with structured interviews, observation and literature study. The results of the research show that the structure of community livelihoods obtained from the results of this research can be concluded that the income in the management of customary forests located in Demang Village, Dusun Kampung Pondok, Limun District, Ssarolangun Regency, to total on-farm income is IDR. 397,770,950/year, off farm income Rp. 131,948,700/year, and non-farm income Rp. 1,636,674,000/year. With the total income of the household income structure being IDR. 2,166,393,650/year with an average of Rp. 180,601,129/Year. If it is interpreted that the nahkah structure obtained from household activities does not come from customary forests but from the main livelihood of the community which carries out plantation and agricultural and non-agricultural activities. Meanwhile, the total income in customary forest areas is Rp. 8,310,400/year with an average of Rp. 692,533/Year. Meanwhile, the contribution of customary forests to the total household income of members of customary forest management is 0.3821%, where this income is only a side job with very few and new enthusiasts (August - December 2023).

Type:	Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords:	Hutan Adat, Struktur Nafkah dan Pengelola
Subjects:	L Education > L Education (General)
Divisions:	Fakultas Pertanian > Kehutanan
Depositing User:	ISLAHUNNUFUS
Date Deposited:	08 Aug 2024 01:50
Last Modified:	08 Aug 2024 01:50
URI:	https://repository.unja.ac.id/id/eprint/69827

Actions (login required)

View Item