ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KPHP LIMAU UNIT VII SAROLANGUN

Pitriani, Desti (2024) ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KPHP LIMAU UNIT VII SAROLANGUN. S1 thesis, UNIVERSITAS JAMBI.

	Text COVER.pdf Download (17kB)
	Text HALAMAN PENGESAHAN.pdf Download (240kB)
	Text BAB I.pdf Download (306kB)
	Text BAB V.pdf Download (203kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (425kB)
	Text FULL SKRIPSI.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB)

Abstract

Hasil hutan bukan kayu adalah seluruh hasil hutan yang dapat diperoleh dari area hutan yang keberadaannya memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan manusia dan dapat signifikan dalam pengelolaan dan pendapatan hutan dalam jangka panjang. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pada suatu kawasan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, meningkatkan produktivitas dan memiliki komoditas unggulan. KPHP Limau Unit VII di Kabupaten Sarolangun telah ditetapkan sebagai KPHP Model dengan potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa komoditas seperti bambu, rotan, madu, pandan, kopi, resam dan kepayang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis berapa besar nilai ekonomi komoditas hasil hutan bukan kayu, menganalisis produktivitas komoditas hasil hutan bukan kayu dan menganalisis komoditas unggulan dari beberapa komoditas utama hasil hutan bukan kayu di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Metode analisis nilai ekonomi HHBK memperhitungkan nilai manfaat total dan menghitung nilai ekonomi setiap komoditas yang ada. Produktivitas dengan rasio pengeluaran dan pemasukan setiap komoditas HHBK. Penentuan komoditas unggulan dengan metode analisis description scorring yang mempertimbangkan 5 (lima) kriteria utama. Nilai ekonomi pemanfaatan HHBK adalah sebesar Rp. 62.392.940/tahun. Kopi merupakan HHBK yang memiliki nilai ekonomi terbesar yaitu Rp. 30.000.000/tahun atau dengan persentase 41,08% dari nilai ekonomi HHBK lainnya. Sedangkan Nilai ekonomi terkecil yaitu rotan KUPS Harapan Bersama sebesar Rp. 807.984/tahun atau persentasenya 1,29% dari total nilai ekonomi. Produktivitas yang tertinggi yaitu produktivitas kopi dengan nilai 0,52 dikarenakan besarnya pemasukan walaupun dengan pengeluaran yang cukup besar. Produktivitas terendah yaitu madu kelulut dengan nilai 0,04. Kecilnya produktivitas madu kelulut dikarenakan terbatasnya produksi madu karena berbagai faktor walaupun dengan biaya pengeluaran yang kecil. Komoditas HHBK yang ada di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun semuanya merupakan nilai unggulan II. Pembeda dari setiap komoditas ini hanya berada pada selisih nilai unggulan yang tipis atau tidak terlalu jauh. Nilai unggulan tertinggi yaitu pada komoditas bambu dengan total nilai unggulan 70,16 serta nilai unggulan terendah yaitu kepayang dengan total nilai unggulan 67,49. Non-timber forest products are all forest products that can be obtained from forest areas whose existence has an important role in meeting human needs and can be significant in long-term forest management and income. Management of Non-Timber Forest Products (NTFPs) in an area has quite high economic value, increases productivity and has superior commodities. KPHP Limau Unit VII in Sarolangun Regency has been designated as a Model KPHP with the potential for non-timber forest products (NTFPs) in the form of commodities such as bamboo, rattan, honey, pandan, coffee, resam and kepayang. The aim of this research is to analyze the economic value of non-timber forest product commodities, analyze the productivity of non-timber forest product commodities and analyze the superior commodities of several main non-timber forest product commodities in the KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun area. The NTFP economic value analysis method takes into account the total benefit value and calculates the economic value of each existing commodity. Productivity with the ratio of expenditure and income for each NTFP commodity. Determining superior commodities using the description scoring analysis method which considers 5 (five) main criteria. The economic value of utilizing NTFPs is IDR. 62,392,940/year. Coffee is an NTFP that has the largest economic value, namely Rp. 30,000,000/year or a percentage of 41.08% of the economic value of other NTFPs. Meanwhile, the smallest economic value is the KUPS Harapan Bersama rattan of IDR. 807,984/year or a percentage of 1.29% of the total economic value. The highest productivity is coffee productivity with a value of 0.52 due to the large income even though the expenditure is quite large. The lowest productivity is kelulut honey with a value of 0.04. The small productivity of Kelulut honey is due to limited honey production due to various factors even though the costs are small. The NTFP commodities in the KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun area are all of superior value II. The difference between each of these commodities is only a slight or not too large difference in superior value. The highest superior value is bamboo with a total superior value of 70.16 and the lowest superior value is kepayang with a total superior value of 67.49.

Type:	Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords:	Hasil Hutan Bukan Kayu, nilai ekonomi, produktivitas, komoditas unggulan
Subjects:	L Education > L Education (General)
Divisions:	Fakultas Pertanian > Kehutanan
Depositing User:	Pitriani
Date Deposited:	12 Dec 2024 02:11
Last Modified:	12 Dec 2024 02:11
URI:	https://repository.unja.ac.id/id/eprint/72769

Actions (login required)

View Item