Rahayu, Noviyana Rachma Puji (2025) Analisis Spasial Tingkat Kekritisan Lahan Di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Unit II Bungo. S1 thesis, UNIVERSITAS UNJA.
![]() |
Text
ABSTRAK.pdf Download (87kB) |
![]() |
Text
BAB I.pdf Download (300kB) |
![]() |
Text
BAB V.pdf Download (200kB) |
![]() |
Text
COVER.pdf Download (99kB) |
![]() |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (217kB) |
![]() |
Text
FULL SKRIPSI.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) |
![]() |
Text
HALAMAN PENGESAHAN.pdf Download (869kB) |
Abstract
Lahan kritis merupakan lahan yang tidak produktif dan mengalami degradasi. Salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang rentan mengalami Kekritisan Lahan adalah Kabupaten Bungo. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Bungo mengalami kebakaran hutan dan lahan tahun 2018 - 2022 , terdapat potensi tambang emas dan tambang batu bara, serta alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan. Permasalahan tersebut menjadi ancaman serius terhadap peningkatan luas lahan kritis KPHP Unit II Bungo. Sehingga dilaksanakan penelitian ini yang bertujuan untuk menganalisis tingkat kekritisan lahan dan sebaran luas lahan kritis di KPHP Unit II Bungo. Metode penelitian ini berpedoman tingkat kekritisan lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Nomor P.3/PDASHL/SET/KUM.1/7/2018. Parameter yang digunakan yakni tutupan lahan, peta kawasan hutan, kelerengan, dan rawan erosi. Data yang dikumpulkan berupa citra Landsat 8, data DEM, data jenis tanah, dan data fungsi kawasan hutan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada april 2025. Penelitian ini diawali dengan mengoverlay peta tutupan lahan dengan bobot 60% dan peta rawan erosi dengan bobot 40% dibuat menjadi peta overlay 1. Selanjutnya melakukan teknik overlay dengan fungsi kawasan dan kelerengan sehingga menghasilkan peta overlay 2. Peta Overlay 2 merupakan peta tingkat kekritisan lahan di Kesatuan Pengelolaan Unit II Bungo. Selanjutnya data peta lahan kritis akan diinterpretasikan serta dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KPHP Unit II Bungo memiliki tingkat kekritisan lahan bervariasi, mulai dari Tidak Kritis seluas 37.444,32 ha, Potensial Kritis seluas 4.746,20 ha Agak Kritis seluas 2.960,77 ha, Kritis seluas 1.836,45 ha, dan Sangat Kritis seluas 2.772.35 ha Tingkat kekritisan lahan Kritis dan Sangat Kritis berdasarkan fungsi kawasan KPHP Unit II Bungo berada pada kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPk) masing-masing seluas 1.363,67 ha dan 3.252,02 ha. Berdasarkan blok pengelolaan KPHP Unit II Bungo, tingkat kekritisan lahan kritis dan sangat kritis berada pada Blok Pemberdayaan masing-masing seluas 1.251,60 ha dan 2.603,16 ha. Berdasarkan wilayah administrasi tingkat kekritisan lahan Sangat Kritis berada pada Kecamatan Tanah Tumbuh seluas 1.780,65 ha, Bathin II Pelayang seluas 500.15 ha, dan Limbur Lubuk Mengkuang seluas 364,06 ha Critical land is unproductive and degraded. Bungo Regency is one of the regencies in Jambi Province that is vulnerable to critical land. This is due to forest and land fires from 2018 to 2022, the potential for gold and coal mining, and the conversion of forest land to plantations. These issues pose a serious threat to the expansion of critical land in the KPHP Unit II Bungo. Therefore, this study aimed to analyze the level of critical land and the distribution of critical land in the KPHP Unit II Bungo This research method was guided by the Ministry of Environment and Forestry's land criticality standards, namely Regulation of the Director General of Watershed and Protected Forest Management Number P.3/PDASHL/SET/KUM.1/7/2018. The parameters used were land cover, forest area maps, slope, and erosion risk. The data collected included Landsat 8 imagery, DEM data, soil type data, and forest area function data. This research will be conducted in April 2025. The research begins by overlaying a land cover map with a weighting of 60% and an erosion hazard map with a weighting of 40%, creating Overlay Map 1. Next, overlay techniques using area function and slope will be used to produce Overlay Map 2. Overlay Map 2 represents the critical land level in the KPHP Unit II Bungo. The critical land map data will then be interpreted and described qualitatively and quantitatively. The results of this study indicate that KPHP Unit II Bungo has varying levels of land criticality, ranging from Non-Critical covering an area of 37,444.32 ha, Potential Critical covering an area of 4,746.20 ha, Somewhat Critical covering an area of 2,960.77 ha, Critical covering an area of 1,836.45 ha, and Very Critical covering an area of 2,772.35 ha. The criticality levels of Critical and Very Critical land based on the function of the KPHP Unit II Bungo area are in the convertible Production Forest (HPk) area of 1,363.67 ha and 3,252.02 ha, respectively. Based on the management block of KPHP Unit II Bungo, the criticality levels of critical and very critical land are in the Empowerment Block covering an area of 1,251.60 ha and 2,603.16 ha, respectively. Based on the administrative area, the critical level of Very Critical land is in Tanah Tumbuh with an area of 1,780.65 ha, Bathin II Pelayang with an area of 500.15 ha, and Limbur Lubuk Mengkuang with an area of 364.06 ha.
Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Land Criticality, KPHP Unit II Bungo, GIS |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Kehutanan |
Depositing User: | Rahayu |
Date Deposited: | 13 Aug 2025 02:09 |
Last Modified: | 13 Aug 2025 02:10 |
URI: | https://repository.unja.ac.id/id/eprint/85484 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |