Norma Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Temenggung Ngelembo Terhadap Perlindungan Hutan di Wilayah Resort I.A SPTN I Batanghari Taman Nasional Bukit Duabelas DUABELAS

Sinaga, Kevin (2025) Norma Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Temenggung Ngelembo Terhadap Perlindungan Hutan di Wilayah Resort I.A SPTN I Batanghari Taman Nasional Bukit Duabelas DUABELAS. S1 thesis, Universitas Jambi.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (705kB)
[img] Text
COVER.pdf

Download (203kB)
[img] Text
HALAMAN PENGESAHAN.pdf

Download (275kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (310kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (183kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (309kB)
Official URL: https://repository.unja.ac.id/

Abstract

RINGKASAN NORMA MASYARAKAT SUKU ANAK DALAM (SAD) TEMENGGUNG NGELEMBO TERHADAP PERLINDUNGAN HUTAN DI WILAYAH RESORT I.A SPTN I BATANGHARI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS. (Skripsi oleh Kevin Sinaga dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Fazriyas, M.Si. IPU. CEIA dan Ibu Ir. Maria Ulfa, S.Hut., M.Si). Norma masyarakat adat Suku Anak Dalam (SAD) memainkan peran krusial dalam perlindungan hutan di Taman Nasional Bukit Dua Belas, di mana kearifan lokal mereka terkait pengelolaan sumber daya alam menjadi landasan bagi praktik pelestarian lingkungan. Suku Anak Dalam, yang dikenal sebagai masyarakat nomaden yang bergantung pada hutan, memiliki norma-norma yang mengatur interaksi mereka dengan alam, seperti larangan menebang pohon sembarangan dan praktik berburu yang berkelanjutan. Norma-norma ini, yang diwariskan secara turun-temurun, tidak hanya mencerminkan nilai-nilai budaya mereka, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui norma masyarakat adat Suku Anak Dalam, terhadap perlindungan hutan di Taman Nasional Bukit Duabelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2025 di Resort I.A SPTN I Batanghari Taman Nasional Bukit Duabelas. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan tokoh adat dan masyarakat SAD, observasi langsung di lapangan, serta studi literatur. Pemilihan informan dilakukan dengan metode snowball sampling yang melibatkan Temenggung, tokoh adat, dan kepala keluarga SAD. Data kemudian dianalisis dengan teknik reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, serta divalidasi menggunakan metode. triangulasi. Hasil penelitian ini bahwa norma-norma adat Suku Anak Dalam (SAD) kelompok Temenggung Ngelembo terbukti memiliki peranan signifikan dalam menjaga kelestarian hutan di Taman Nasional Bukit Duabelas. Norma tersebut diwariskan secara lisan melalui seloko adat dan aturan adat lain yang mengikat perilaku masyarakat dalam pengelolaan hutan. Terdapat tujuh norma utama yang berfungsi sebagai pedoman perlindungan hutan yaitu, aturan menebang pohon, yang melarang penebangan sembarangan terutama terhadap pohon sakral seperti Sialang, Tenggeris dan Sentubung. Norma ado rimbo ado bungo, ado bungo ado dewo yang menegaskan hubungan spiritual antara manusia, hutan dan dewa. Tanah Bedewo-dewo sebagai kawasan keramat yang harus dijaga. Hompongan yang menjadi simbol harmonisasi manusia dengan alam. Pantangan mencemari sungai sebagai bentuk perlindungan terhadap sumber kehidupan. Aturan terkait Balai mandi budak atau Turun de ayek yang mengatur kesucian air dan ruang sosial. Serta peran keberadaan satwa dalam sistem kepercayaan Orang Rimba, yang menegaskan pentingnya keseimbangan ekologis. Dengan demikian, norma adat SAD secara efektif melengkapi kebijakan formal pemerintah, membantu menjaga fungsi ekologis dan budaya di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Kata Kunci: Norma, Suku Anak Dalam, Perlindungan Hutan, Taman Nasional Bukit Duabeas ABSTRACT The norms of the Suku Anak Dalam (SAD) indigenous community play a crucial role in forest protection in Bukit Dua Belas National Park, where their local wisdom regarding natural resource management forms the foundation for environmental conservation practices. The Suku Anak Dalam, known as a forest dependent nomadic people, have norms that govern their interactions with nature, such as prohibitions on indiscriminate logging and sustainable hunting practices. These norms, passed down from generation to generation, not only reflect their cultural values but also contribute significantly to the preservation of biodiversity in the area. This study aims to determine the norms of the Suku Anak Dalam indigenous community regarding forest protection in Bukit Dua Belas National Park. The study was conducted from May to June 2025 at the I.A SPTN I Batanghari Resort in Bukit Dua Belas National Park. The research method used was a descriptive qualitative study with a case study approach. Data were obtained through in-depth interviews with traditional and SAD community leaders, direct field observations, and literature review. Informants were selected using a snowball sampling method involving the Temenggung (chief), traditional leaders, and SAD family heads. The data was then analyzed using data reduction, data, and conclusion drawing techniques, and validated using triangulation. The research results show that the customary norms of the Suku Anak Dalam (SAD) Temenggung Ngelembo group play an important role in maintaining forest sustainability in Bukit Duabelas National Park. These norms, which are passed down orally through traditional seloko and other customary rules, regulate community behavior in forest management. There are seven main norms that serve as guidelines for forest protection, namely the prohibition on indiscriminate tree felling, especially sacred trees (Sialang, Tenggeris, Sentubung); the norms of ado rimbo ado bungo, ado bungo ado dewo which emphasize the spiritual relationship between humans, forests, and gods; protection of the sacred area of Tanah Bedewo-dewo; the meaning of Hompongan as a symbol of harmony between humans and nature; the prohibition on polluting rivers; the rules of the Balai mandi budak or Turun de ayek regarding the sanctity of water and social space; and respect for animals as part of the ecological balance. Thus, the customary norms of SAD complement the formal government policy in maintaining the ecological and cultural functions of Bukit Duabelas National Park.

Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Norms, Suku Anak Dalam, Forest Protection, Bukit Duabelas National Park
Subjects: L Education > LB Theory and practice of education
L Education > LC Special aspects of education
L Education > LD Individual institutions (United States)
Depositing User: KEVIN SINAGA
Date Deposited: 14 Oct 2025 08:09
Last Modified: 14 Oct 2025 08:09
URI: https://repository.unja.ac.id/id/eprint/86665

Actions (login required)

View Item View Item